Jakarta, Aktual.com — Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung oleh pemerintah, bukan berarti proses membangunnya yang dipercepat dengan mengabaikan prinsip-prinsip kelayakan dan pengkajian yang matang.
Pakar Transportasi Universitas Indonesia, Alvinsyah mencermati dan mempertanyakan dibalik sikap pemerintah yang terkesan terburu-buru tanpa berdasarkan studi secara konprehensif.
“Artinya jangan sampai nanti kita yang harus menanggung resiko bila keputusannya dibuat tanpa ada data dari risk analysis,” tulisnya kepada Aktual.com melalui pesan elektronik, Senin (1/2).
Selain itu, dia menyayangkan komunikasi publik pemerintah untuk isu kereta cepat, sangat buruk dan kurang terbuka.
“Proses persiapannya termasuk kajian teknis dan finansialnya masih menjadi pertanyaan, karena kesannya ter buru-buru dan tidak proper,” ungkapnya.
Untuk diketahui bahwa publik telah mencemaskan proyek ini baik dari aspek lingkungan dan amdal, kemudian proyek ini dibangun menggunakan dana pinjaman asing yang tidak mendatangkan devisa, namun rakyat nantinya harus membayar utang dengan mata uang asing.
Proyek ini juga dirasa sangat mahal, sebagaimana yang diketahui bahwa Iran juga sedang mengerjakan proyek kereta cepat Tehran-Isfahan sepanjang 400 km dengan nilai USD2,73 miliar yang akan menempuh ibukota Tehran menuju kota Isfahan.
Sementara Jakarta-Bandung dibangun hanya sepanjang 142 Km dengan biaya yang jauh lebih mahal yakni USD5,5 miliar.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka