Menteri BUMN Rini Soemarno menyampaikan paparan kinerja BUMN 2015 di Gedung Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (19/1). Total pendapatan BUMN dari 118 perusahaan pada 2015 mencapai Rp1.728 triliun atau mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp1.931 triliun. Pada 2016 ditargetkan pendapatan meningkat menjadi Rp1.969 triliun. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Kendati banyak sorotan dan bahkan ditolak DPR terkait penyertan modal negara (PMN), tapi Menteri BUMN, Rini Soemarno menganggap PMN itu masih dibutuhkan. Apalagi PMN tahun 2015 sebanyak Rp40 triliun dapat me-leverage atau mendongkrak nilainya menjadi Rp300-400 triliun.

“Tahun lalu BUMN dapat setoran modal dari PMN sebanyak Rp40 triliun. Tapi itu akan me-leverage melalui pembangunan proyek yang mencapai Rp300-400 triliun,” klaim Rini, dalam acara diskusi Core Indonesia, di Jakarta, Senin (1/2).

Untuk itu, pihaknya masih berharap masih ada PMN di tahun ini melalui APBN Perubahan 2016, terutama untuk BUMN yang sangat membutuhkan. Karena yang penting, PMN itu digunakan untuk membangun proyek-proyek infrastruktur.

“Kami tahu DPR menolak PMN ini, tapi kami harapkan untuk BUMN seperti PLN masih sangat butuh PMN. Dan juga PMN dalam bentuk KUR (kredit usaha rakyat) masih dibutuhkan juga,” tandas dia.

Namun, ketika disinggung berapa kira-kira PMN yang dianggarkan Kementerian BUMN untuk PLN? Rini tidak bisa menjawab angkanya. Bahkan dengan nada tinggi ia meminta wartawan untuk menanyakan langsung ke BUMN listrik itu.

“Tanyakan saja dong ke PLN-nya, jangan tanyakan ke saya,” sergah Rini dengan nada tinggi.

Namun, ia sendiri meminta kepada BUMN, jika susah mendapatkan PMN, maka harus kreatif untuk mencari pendanaan.

“Memag harus ada restrukturisasi dari BUMN, sehingga mereka akan mendapat pendanan dari banyak sumber,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka