Jakarta, Aktual.com — Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin (1/2), menyerukan kepada Ankara untuk menyelidiki dugaan penembakan sekelompok warga sipil tak bersenjata di Turki tenggara, yang dihuni mayoritas suku Kurdi.
Peristiwa itu tertangkap dalam rekaman video yang “sangat mengejutkan”.
Kepala badan hak asasi manusia PBB Zeid Ra’ad al-Hussein menyuarakan kemarahannya atas insiden yang tertangkap kamera di kota Cizre sekitar 10 hari lalu.
Video itu yang direkam oleh seorang juru kamera Refik Tekin menunjukkan sekelompok warga sipil tak bersenjata, dipimpin oleh seorang pria dan wanita memegang bendera putih, mendorong sesuatu yang nampak seperti mayat di dalam gerobak, sementara mereka diawasi oleh pasukan keamanan dalam kendaraan lapis baja.
Tiba-tiba, “mereka seperti terpotong oleh rentetan tembakan,” kata Zein, dan menggambarkan rekaman itu sebagai hal yang “sangat mengejutkan”.
Video yang bisa dilihat di Youtube tersebut, menunjukkan suasana kacau balau, dan Tekin tampak roboh ke tanah, darahnya mengalir ke depan lensa, dan beberapa seperti mayat tampak bergelimpangan di depannya.
“Saya sangat prihatin bahwa si juru kamera yang terluka itu, terancam ditahan begitu ia meninggalkan rumah sakit,” kata Zeid.
“Merekam sebuah kekejaman bukanlah kejahatan, namun menembaki warga sipil tak bersenjata pastilah kejahatan,” imbuh dia.
“Penting ada penyelidikan menyeluruh, independen, tidak memihak, atas kasus ini dan kejadian-kejadian lain yang mengakibatkan kecideraan atau tewasnya warga sipil.” Pihak berwenang yang bertekad menyingkirkan Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang melanggar hukum dari pusat urban Turki, dalam beberapa pekan terakhir memberlakukan jam malam di tiga lokasi di wilayah tenggara, untuk mendukung operasi militer yang menurut para pegiat telah menewaskan puluhan warga sipil.
Kota Cizre yang terletak di Provinsi Sirnal dekat perbatasan Irak, berada di bawah aturan jam malam sejak Desember, ketika militer melancarkan “operasi anti-teror”, menandai peningkatan baru dalam pertempuran enam bulan dengan PKK sejak perjanjian damai 2,5 tahun ambruk.
Pihak militer mengatakan pekan lalu, sebanyak 20 pemberontak Kurdi tewas di Cizre dan Sur, sehingga jumlah total militan yang tewas di dua kota itu menjadi sekitar 600 orang.
Tuntut pelaku Zeid pada Senin memperingatkan bahwa video yang menunjukkan penembakan warga sipil tak bersenjata itu “menimbulkan tanda tanya besar mengenai apa sebenarnya yang tengah terjadi di Cizre dan bagian lain di Turki tenggara, yang diduga sudah ditutup oleh pasukan keamanan dari dunia luar.” “Saya mendesak otoritas Turki menghormati hak-hak fundamental warga sipil dalam operasi keamanannya,” katanya.
Ia mengakui tugas Ankara menjaga rakyat Turki dari kekerasan, dan mengatakan, ia telah diberi informasi oleh pemerintah bahwa 205 anggota polisi Turki, gendarmarie (polisi militer) dan militer tewas antara 20 Juli hingga 28 Desember 2015.
Namun ia mendesak otoritas Turki untuk berbuat lebih banyak bagi menjaga hak asasi manusia selama operasi militer, dan bersikeras bahwa “jika operasi pemerintah melanggar hak asasi manusia, mereka harus dituntut.” Zeid juga mengatakan bahwa perlakuan terhadap Tekin hanya menambah keprihatinan mengenai perlakuan terhadap wartawan di Turki.
“Negara ini memiliki jumlah kasus yang mengkhawatirkan terkait wartawan dan operasi media lain, baik yang sudah didakwa ataupun masih menunggu sidang,” katanya.
Ia mengatakan jalan termudah bagi Turki untuk menunjukkan rasa hormat terhadap HAM dan hukum internasional adalah dengan “membebaskan mereka semua… yang ditahan atau dituntut hanya karena merekam atai mengkritik tindakan pemerintah.”
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan