Jakarta, Aktual.com — ExxonMobil mengumumkan rencana untuk memangkas anggaran modal dan menghentikan sementara program pembelian kembali sahamnya setelah kejatuhan harga minyak memangkas secara mendalam perolehan labanya.
Perusahaan minyak terbesar AS itu melaporkan penurunan laba kuartal keempat sebesar 58 persen menjadi 2,8 miliar dolar AS, laba kuartalan terendah sejak 2002. Sementara itu, pendapatannya jatuh 31,5 persen menjadi 59,8 miliar dolar AS.
Seperti perusahaan-perusahaan minyak lainnya, ExxonMobil mengalami penurunan besar-besaran dalam pendapatan dari eksplorasi dan produksi minyak mentahnya. Laba di bidang ini jatuh menjadi hanya 857 juta dolar AS dari 4,6 miliar dolar AS pada periode sama tahun lalu.
Hasil tersebut sebagian diimbangi oleh hasil yang lebih baik di operasi hilir untuk pengolahan minyak mentah menjadi bensin dan produk lainnya.
Laba kegiatan hilir naik menjadi 1,4 miliar dolar AS dari 500 juta dolar AS dalam kuartal keempat 2014. Laba ExxonMobil, meskipun lebih rendah, tetap di wilayah positif.
Secara terpisah, Chevron melaporkan kerugian 588 juta dolar AS untuk kuartal keempat dan BP pada Selasa melaporkan kerugian 2015 sebesar 6,5 miliar dolar AS.
Pada Selasa, Standard & Poor’s menempatkan ExxonMobil pada “creditwatch” (pantauan kredit) dengan implikasi negatif karena ekspektasi bahwa “langkah-langkah kredit akan menjadi lemah untuk peringkat hingga 2018.” “Saat ini kami harapkan untuk mengatasi kajian kami dalam waktu 90 hari,” kata S&P. “Kami saat ini mengantisipasi bahwa jika kami menurunkan peringkat, kami tidak akan menurunkan mereka lebih dari satu tingkat.” S&P mengumumkan tindakan peringkat kredit pada 20 perusahaan minyak “investment-grade” (layak investasi) di semuanya, dengan menurunkan peringkat kredit 10 perusahaan minyak termasuk Chevron dan Hess serta mengumumkan peninjauan 10 perusahaan lainnya.
Perusahaan-perusahaan minyak telah merampingkan staf dan menghentikan operasi rig pengeborannya dalam menanggapi penurunan harga minyak dari lebih dari 100 dolar AS per barel pada Juli 2014 menjadi sekitar 30 dolar AS per barel saat ini.
ExxonMobil berjanji akan memotong anggaran modal 2016 sebesar 25 persen menjadi 23,2 miliar dolar AS, setelah penurunan 19 persen tahun lalu.
Namun, wakil presiden ExxonMobil untuk hubungan investor Jeff Woodbury mengatakan kepada para analis bahwa perusahaan itu masih berkomitmen untuk melaksanakan 10 proyek modal yang sudah diumumkan pada 2016 dan 2017.
Itu terjadi segera setelah proyek 2015 yang mengangkat produksi minyak dan gas perusahaan sebesar 3,2 persen menjadi 4,1 juta barel per hari setara minyak.
ExxonMobil juga dapat memutuskan untuk memperpanjang beberapa proyek lainnya tergantung pada persyaratan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan jasa minyak, banyak yang bersedia memberikan konsesi untuk menjaga bisnis tetap berjalan.
“Kami di posisi yang sangat baik untuk melenturkan program naik atau turun tergantung pada iklim usaha,” kata Woodbury.
Raksasa minyak juga mengatakan perusahaan akan menghentikan program pembelian kembali sahamnya yang berlangsung lama.
Pada 2015, ExxonMobil menghabiskan empat miliar dolar AS untuk membeli kembali 48 juta saham, turun dari 16 miliar dolar AS untuk membeli kembali 177 juta saham pada 2013.
Pembatasan program pembelian kembali saham diperlukan mengingat kondisi bisnis “sangat menantang” dan untuk terus melindungi prioritas lebih besar “dividen yang handal dan bertumbuh,” kata Woodbury.
Untuk tahun ini, ExxonMobil melaporkan laba bersih sebesar 16,2 miliar dolar AS, sekitar 50 persen di bawah laba 2014.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka