Seorang pedagang memotong daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (29/12). Pemerintah menetapkan kuota impor sapi bakalan sebanyak 600.000 ekor pada 2016 guna memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww/15.

Jakarta, Aktual.com – Minimnya ketersediaan daging sapi lokal dianggap jadi pemicu meroketnya harga hingga Rp120-140 ribu/kilogram beberapa hari terakhir, termasuk di DKI Jakarta.

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta, Sarman Simanjorang anggap melonjaknya harga daging sapi bukan disebabkan kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN). Lantaran cuma berlangsung sesaat.

“Penyebab kenaikan harga daging saat ini adalah hukum pasar demand (permintaan) dan supply (penawaran),” ujar dia, saat dihubungi, Rabu (3/2).

Menurut Sarman, akibat stok yang tersisa tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beberapa bulan ke depan, para pedagang pun terpaksa menaikan harga daging.

“Seandainya pasar melihat stok dan pasokan berlimpah dan tersedia, diyakini tidak akan ada gejolak harga daging sapi apalagi bulan Januari seperti ini,” kata dia.

Di DKI Jakarta, kondisi serupa pernah terjadi di awal Agustus 2015 lalu. Yang mengakibatkan pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, mogok dagang selama empat hari.

Saat itu, Jun, salah seorang pedagang mengatakan mereka mogok lantaran harga daging melambung tinggi, melebihi saat Hari Raya Idul Fitri. “Harga daging yang kami jual jadinya terlalu mahal. Biasanya 95.000 per kilogram, sekarang sudah mencapai 130.000 per kilogram. Itu melebihi harga pada saat lebaran,” ujar dia.

Tak hanya mahal, kata Jun, barang pun sulit didapat. Alhasil, mereka puyn sepakat lakukan aksi mogok dagang agar pemerintah memberikan tanggapan terkait naiknya harga sapi.

Tindakan pemerintah saat itu adalah mengadakan operasi pasar dengan menjual daging beku murah. Tapi diakui pedagang, tindakan semacam itu tidak memutus sumber masalah.

Artikel ini ditulis oleh: