Jakarta, Aktual.com — Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan meminta kepada pihak Tiongkok untuk meningkatkan usia teknis kereta cepat Jakarta-Bandung tahan hingga 100 tahun.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (3/2), mengatakan berdasarkan dokumen yang diserahkan pihak Tiongkok, usia teknis kereta cepat tersebut hanya bertahan hingga 60 tahun.
“Konsesi yang telah disepakati itu 50 tahun, setelah itu diserahkan kepada pemerintah, masa hanya 10 tahun lagi,” ucapnya.
Menurut Hermanto, perpanjangan usia teknis agar kegunaan kereta cepat bisa bertahan lama.
“Jadi, kita minta perpanjangan usia teknisnya supaya bisa dikelola pemerintah lebih panjang,” imbuhnya.
Dia mengatakan pihaknya telah membicarakannya dengan pihak Tiongkok terkait permintaan tersebut.
“Kami kembalikan dokumennya, karena masih banyak yang tertulis dengan Bahasa Mandarin,” ujarnya.
Selain itu, dia juga meminta untuk memperpanjang as (sumbu) rel dari 4,6 meter menjadi lima meter untuk menyeimbangkan kecepatannya yang mencapai 350 kilometer per jam.
“Kami tidak mempersulit, tapi untuk keselamatan,” katanya.
Dia menjelaskan untuk kereta dengan kecepatan di bawah 250 jarak as rel rata-rata 3,8 meter.
Selain itu, lanjut dia, jarak trase kereta cepat dengan trase kereta lainnya minimum 10 kilometer karena daya pacu kereta cepat yang tinggi.
Hermanto mengatakan sepanjang trase kereta cepat akan dibangun satu terowongan dua kilometer dan tiga jembatan masing-masing sekitar 200 meter.
“Yang penting kalau secara perhitungan jarak rel tadi, kalau tidak dibetulkan bisa bahaya karena akan dibangun terowongan dan jembatan,” tuturnya.
Sebelumnya, PT Kereta Cepat Indonesia China mengklaim akan menggunakan teknologi tercanggih untuk pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Direktur Utama PT KCIC Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan untuk menjamin keselamatan, kereta cepat mengadopsi sistem kendali “CTCS-3” yang telah mendapatkan sertifikasi dari Loyd’s dan TUV serta sertifikasi “Safety Implementation Level” (SIL) 4.
Sementara, lanjut dia, untuk telekomunikasi menggunakan sistem GSM-R yang dinilai andal dan terpercaya.
“Saat ini SIL 4 merupakan level tertinggi dalam sertifikasi persinyalan yang sederajat dengan teknologi persinyalan dunia, seperti Alstom, Siemens dan Bombardier,” paparnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan