Jakarta, Aktual.com — Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) disinyalir lebih mahal dari proyek sejenis yang terjadi di Iran. Proyek tersebut tentu saja menimbulkan kecurigaan publik ada apa di balik itu semua. Bahkan tindakan ini menunjukkan ketidakcerdasan dan kebodohan Menteri BUMN, Rini Soemarno yang ngotot tetap melanjutkan proyek ini.
“Menteri Rini mestinya bersikap hati-hati dan lebih cermat dalam mewujudkan proyek prestisus, seperti proyek kereta cepat ini. Apalagi secara terbuka sudah diketahui proyek ini jauh lebih mahal dibanding proyek sejenis di Iran,” ujar Direktur Eksekutif Fordes Institute, Rusdy Setiawan Putra kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (4/2).
Menurut dia, Indonesia seharusnya mengkaji ulang terlebih dahulu proyek kereta api cepat yang sangat terburu-buru. Pasalnya, sudah mahal, Indonesia juga bertambah utangnya, karena dananya berasal dari China Development Bank (CDB) sekitar Rp80 triliun.
“Rakyat pasti akan terbebani, karena ada aset BUMN yang dipertaruhkan di situ. Ini namanya bertindak dan berpikir tidak cerdas, bahkan bodoh,” cetus Rusdy.
Seperti diketahui, proyek kereta cepat KCIC dan Iran sama-sama digarap perusahaan China yaitu China Railway Engineering Corporation dengan menggandeng BUMN masing-masing negara.
Di Iran menggandeng perusahaan konstruksi Khatam Al Anbia. Di KCIC melibatkan PT KAI (Persero), PTPN VIII (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Cuma sayangnya, dengan spesifikasi lebih rendah dan jarak lebih pendek, proyek KCIC malah lebih mahal. Proyek Teheran-Isfahan (Iran), sepanjang 400 km dirancang dengan kecepatan 350 km per jam. Sementara Jakarta-Bandung sepanjang 150 km, dirancang dengan kecepatan 300 km per jam. Istilahnya, sebelum mencapai kecepatan tertinggi sudah direm.
Tapi biayanya, proyek di Iran sebesar US$ 2,73 miliar atau setara Rp38,2 triliun (kurs Rp14.000). Sedang proyek KCIC biayanya US$5,5 miliar atau Rp77 triliun (kurs Rp14.000). Sama-sama digarap di waktu yang sama. Artinya valuasi harga pasarnya mestinya sama.
“Untuk itu, pemerintah perlu menunda proyek kereta cepat ini. Karena jauh lebih mahal dari proyek serupa di Iran,” tandas dia.
Lebih lanjut ia menegaskan, dengan kondisi demikian, rakyat pasti tidak akan tinggal diam bila aset-aset BUMN itu dipertaruhkan. Dan bahkan berpotensi digadaikan.
Apalagi, proyek kereta api cepat ini adalah proyek pretisius pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tapi proyek itu bukan proyek prioritas. “Saya berharap pemerintah terbuka dan transparan dan mampu menjelaskan terkait proyek kereta api cepat ini,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka