Turki, Aktual.com — Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Sabtu meneguhkan bahwa negaranya akan tetap menjalankan kebijakan perbatasan terbuka untuk pengungsi Suriah, dengan menyatakan 55.000 orang, yang lari dari serangan terkini pemerintah, menuju perbatasan.

Cavusoglu kepada wartawan, Sabtu (6/2) sesudah bertemu dengan timpalannya dari Eropa Bersatu di Amsterdam menyatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan Turki.

“Kami masih mempertahankan kebijakan perbatasan terbuka untuk mereka, yang lari dari serangan, dari pemerintah serta serangan udara Rusia,” katanya.

“Kami sudah menerima 5.000 dari mereka; 50.000 hingga 55.000 lagi dalam perjalanan dan kami tidak bisa meninggalkan mereka di sana,” katanya.

Laporan dari perbatasan pada Sabtu menyatakan Turki bersiap untuk arus baru, mencoba membuat ruang di kampung pengungsi saat ini untuk pendatang baru saat pasukan pemerintah mendekati pemberontak di Aleppo, kota terbesar kedua Suriah.

Turki sudah menjadi tuan rumah lebih dari dua juta orang, yang lari dari perang di Suriah.

Kepala urusan luar negeri Eropa Bersatu Federica Mogherini menyatakan para menteri luar negeri mengingatkan Cavusoglu tentang kewajiban dunia Ankara terhadap pengungsi dan mengenai bantuan Brussels mengatasi masalah itu.

“Kami membicarakan itu dengan rekan Turki kami mengingat kenyataan bahwa yang pertama adalah moral jika bukan kewajiban hukum untuk melindungi yang memerlukan perlindungan dunia,” kata Mogherini dalam jumpa pers penutupan.

“Tidak perlu dipertanyakan bahwa yang datang dari Suriah adalah yang membutuhkan perlindungan dunia,” katanya.

“Di atas itu, dukungan Eropa Bersatu kepada Turki bertujuan tepat menjamin bahwa Turki memiliki alat, sarana, sumber daya untuk melindungi dan menjadi tuan rumah pencari suaka,” kata Mogherini.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu di pertemuan penyumbang Suriah di London pada Kamis menyatakan Ankara akan mengizinkan pengungsi memasuki negaranya.

Lebih dari satu juta pendatang mendarat di 28 negara Eropa Bersatu pada tahun lalu, kebanyakan menyeberang ke Yunani dari Turki, dan kemudian berjalan melalui Balkan ke Jerman dan negara lain anggota di utara.

Angka tersebut memicu ketegangan besar pada kelompok itu dan wilayah bebas paspor Schengen, dengan beberapa negara -di antara mereka Jerman, Austria, Hungaria, Swedia- memberlakukan kembali pengendalian perbatasan, sementara Brussels berjuang menemukan jalan keluar terpadu.

Pada November, Eropa Bersatu bersepakat dengan Turki, memberikan 3 miliar Euro (lebih dari 33,5 triliun rupiah) untuk membantu mengurus pengungsi di wilayahnya dan mempercepat pembicaraan, yang lama terhenti, imbalan bantuan Ankara dalam membatasi arus pendatang itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara