Malaysia, Aktual.com – Sebanyak 70 calon jamaah umroh asal Gowa, Sulawesi Selatan, terkatung-katung di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia. Padahal seharusnya mereka sudah terbang ke Jeddah, Arab Saudi sejak Rabu (3/2) lalu.

Direktur Pembinaan Haji Kementerian Agama, Muhajirin Yanis menegaskan akan segera memanggil perusahaan Travel ‘S’ yang bertanggung jawab atas puluhan jamaah tersebut.

Kata Muhajirin, pihak travel akan dimintai keterangan oleh Tim Khusus Penegakan Hukum (Timsusgakum) Umrah. Jika nantinya ditemukan ada indikasi perbuatan melawan hukum, maka izinnya terancam dicabut.

“Persoalan hukumnya akan kami serahkan Bareskrim untuk dilakukan pengusutan,” kata Yanis melalui rilis yang disampaikan tim Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, di Jakarta, Senin (8/2).

Kasubdit Pembinaan Umrah, M Arfi Hatim ikut menambahkan. Diakuinya masih banyak penyelenggara umrah yang kurang sadar hukum dan hanya mengejar keuntungan semata dalam menjalankan bisnis jasa ini.

Arfi pun berharap asosiasi bisa lebih optimal lagi awasi dan menertibkan anggotanya, untuk lebih selektif mengeluarkan visa. “Travel-travel ‘nakal’ dan ‘abal-abal’ ini perlu ‘disekolahkan’ ke Bareskrim agar kapok dan menjadi pelajaran bagi travel lain,”ucap arfi.

Tak hanya itu Arfi juga menghimbau masyarakat untuk melapor kepada polisi hal-hal yang dinilai janggal apalagi berpotensi pada perbuatan melawan hukum.

Terkait kasus terkatungnya jamaan umroh asal Gowa, diduga muncul akibat buruknya koordinasi antara dua perusahaan, yakni S yang berdomisili di Jawa dan GT di Sulsel.

Temuan itu mencuat saat Kepala Bidang Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kemenag Sulsel, Iskandar Fellang beserta jajarannya menyambangi kantor GT di Gowa, Jumat (5/2) pekan lalu.

Iskandar yang datang bersama Kepala Seksi Haji dan Umrah, Aminuddin dan Kepala Kankemenag Gowa, Anwar Abubakar Paka menemukan kalau izin yang digunakan Travel GT bukan izin sebenarnya. “Dia ini menggunakan izin dari travel S yang berada di Jawa sana. Karena setelah kita cek nomor izinnya, nomornya sama. Ternyata mereka kerjasama,” kata dia.

Selain itu, Iskandar juga menemukan kalau regulasi yang dilakukan GT sudah salah. Dimana regulasi mengatur untuk pemberangkatan umrah ataupun haji itu tidak boleh transit lebih dari sekali. “Itu sudah diatur. Bisa transit tapi harus dengan maskapai penerbangan yang sama. Tidak boleh menggunakan dua maskapai berbeda,” ujar dia.

Kendati demikian, Asisten Manager GT, Hasmawati justru berdalih kalau masalah muncul akibat tiket maskapai penerbangan bermasalah. “Itu orang di sana yang uruskan katanya tidak tahu ke mana. Jadi tiketnya bermasalah,” kata dia.

Dia juga membantah jika jemaah yang diberangkatkan mereka terlantar. “Apalagi di media disebut kalau mereka makan nasi basi. Saya sudah hubungi orang di sana dan bukan makan nasi basi. Tapi karena jamaah itu yang lama makan nasinya, jadi basi,” dalih dia.

Artikel ini ditulis oleh: