Jakarta, Aktual.com — Ilmu matematika merupakan pelajaran yang ‘melebur’ di dalam kurikulum pendidikan setiap negara. Memang cabang ilmu ekstakta yang satu ini cukup penting. Dengan matematika, manusia bisa menciptakan hidup yang jauh lebih berkualitas.
Komputer sendiri menjadi salah satu manifest nyata dari penerapan ilmu matematika. Mengingat betapa pentingnya cabang ilmu tersebut, serta begitu signifikannya pengaruh yang dibawanya, maka tak heran jika matematika selalu masuk golongan ilmu yang wajib untuk dipelajari.
Dalam ilmu pasti tersebut, terdapat beragam percabangan materi, salah satunya adalah Aljabar. Matematika merupakan generalisasi dari wilayah aritmatika. Aljabar, sebagai sebuah ilmu berbicara tentang sifat operasi dari bilangan riil, mendefiniskan struktur cincin matematika, matematika bisa mempelajari karakter khusus ‘vector’ dan masih banyak lagi lainnya.
Aljabar merupakan bidang ilmu yang sangat berguna. Kita semua pasti pernah mempelajarinya di sekolah, tapi tahukah Anda siapa tokoh penemu Aljabar ini?
Ya, Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi yang lebih populer dengan sebutan Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff (atau Al Khawarizmi). Al Khawarizmi telah dikenal di dunia Barat sebagai Al Khawarizmi, Al Cowarizmi, Al Ahawizmi, Al Karismi, Al Goritmi, Al Gorismi dan beberapa panggilan lainnya.
Al Khawarizmi diperkirakan hidup di pingigiran kota Bagdad, Irak pada masa Khalifah Al Ma’mun (813-833M) dari Dinasti Abbasiya. Khalifah Al Ma’mun menjadi sahabat karibnya yang menjadikan Al Khawarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah di Bagdad, yakni sebuah lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun Ar Rasyid. Baitul Hikmah pun memiliki berbagai keunggulan yang mahsyur di dunia Islam.
Kesuksesan Al Khawarizmi dalam bidang Astronomi dan aljabar didedikasikan kepada Khalifah Al Ma’mun. Sedangkan Khalifah Al Ma’mun sendiri banyak memberikan penghargaan kepada Al Khawarizmi.
Dengan ilmu astronomi, Al Khawarizmi mengungkapkan ramalan tentang waktu Nabi Muhammad SAW dilahirkan secara cermat. Ia juga tercatat sebagai salah seorang Astronom yang ikut membuat peta dunia atas permintaan Khalifah Al Ma’Mun. Peta dunia tersebut kemudian dikenal dengan nama ‘Peta Ptolemy’ karya intelektual Muslim Al Khawarizmi.
Penulis sejarah matematika Goerge Sarton, mengungkapkan, bahwa Al Khawarizmi termasuk salah satu seorang ilmuwan muslim terbesar dan terbaik pada masanya. Sarton menggolongkan periode antara abad ke 4-5 sebagai zaman Al Khawarizmi, karena ia adalah ahli matematika terbesar pada masanya.
Smith dan Karpinski menggambarkan, pribadi seorang Al Khawarizmi sebagai tokoh terbesar pada masa keemasan Bagdad, setelah seorang penulis Muslim menggabungkan ilmu matematika klasik Barat dan Timur. Lalu mengklasifikasikannya, hingga akhirnya ia dapat membangkitkan kesadaran daratan Eropa.
Pengaruh lain yang berkaitan erat dengan ilmu matematika adalah kata algoritm yang dinotasikan sebagai prosedur baku dalam menghitung sesuatu. Kata ini berasal dari perubahan versi Al Khawarizmi ke dalam versi latin, dari algorismi, algorism, dan akhirnya menjadi algorithm. Tulisannya tentang aritmatika berbahasa Arab yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin memainkan peran penting dalam perkembangan bilangan Arab dan sistem bilangan yang diterapkan saat ini.
Meskipun bukan murni sebagai penemunya, namun tahapan yang dilakukan oleh Al Khawarizmi merupakan format pengembangan sistem bilangan kita sekarang. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan sistem bilangan Arab dan notasi penulisan basis sepuluh yang diperkenalkan oleh Al Khawarizmi dapat dikatakan sebagai sebuah revolusi perhitungan di abad pertengahan bagi bangsa Eropa.
Setelah Al Khawarizmi meninggal dunia, keberadaaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, tentang cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan. Suatu penghitungan Aljabar merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan penghitungan dan rumusan yang lebih akurat ketimbang rumusan yang pernah ada sebelumya.
Di dunia Barat, ilmu matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al Khawarizmi dibandingkan karya para penulis pada abad pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang budi kepada seorang Al Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab.
Notasi penempatan bilangan dengan basis sepuluh, penggunaan bilangan irrasional, dan diperkenalkannya konsep aljabar modern membuat Al-Khawarizmi layak menjadi figur penting dalam bidang matematika dan revolusi penghitungan di abad pertengahan di daratan Eropa melalui penyatuan matematika Yahudi, Hindu, dan mungkin Babilonia. Bersambung…….
(Sumber: Cara-Cara Belajar Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pencetus Sains-Sains Canggih Modern, oleh M Yusuf Abdurrahman; G J Toomer, Biography in Dictionary of Scientific Biography (New York 1970-1990); Biography in Encyclopaedia Britannica; A A al’Daffa, The Muslim contribution to mathematics (London, 1978); A F Faizullaev, The scientific heritage of Muhammad al-Khwarizmi (Russian) (Tashkent, 1983); K F Abdulla-Zade, al-Khwarizmi and the Baghdad astronomers (Russian), in The great medieval scientist al-Khwarizmi (Tashkent, 1985), 178-183; M Abdullaev, al-Khwarizmi and scientific thought in Daghestan (Russian), in The great medieval scientist al-Khwarizmi (Tashkent, 1985), 228-232; A Abdurakhmanov, al-Khwarizmi : great mathematician (Russian), in The great medieval scientist al-Khwarizmi (Tashkent, 1985), 149-151.)
Artikel ini ditulis oleh: