Jakarta, Aktual.com — Izin ekspor konsentrat yang diberikan Menteri ESDM, Sudirman Said kepada PT Freeport Indonesia setelah sebelumnya dilarang, sebagai bentuk sikap pemerintah yang mau saja dikerjai Freeport.
“Selama ini, Freeport selalu mengerjai kita. Tapi kenapa pemerintah mau saja mengikuti kemauan Freeport? Itu jadi aneh,” kata pengamat ekonomi Yanuar Rizki, di Jakarta, Kamis (11/2).
Menurut Yanuar, tindakan pemerintah yang aneh itu adalah, kenapa tiba-tiba memberikan izin ekspor konsentrat, padahal sebelumnya sudah dilarang.
“Kalau kita mau lihat ulah Freeport banyak yang tidak menyenangkan kita? Itu bahkan mengerjai kita. Soal pembangunan smelter, tidak mau membayar dividen, bahkan enggan memberikan jaminan untuk membangun pabrik semelter sebesar US$530 juta,” jelas dia.
Tak hanya itu, soal angka divestasi yang ditawarkan Freeport juga sebagai bentuk Freeport mengerjai Indonesia. Bahkan dengan angka divestasi US$1,7 miliar itu, jelas sangat kemahalan di saat sahat Freeport McMoran sendiri sangat rendah.
“Dengan uang sebesar itu, bahkan kita bisa melakukan take over di holdingnya sana (Freeport McMoran),” tegas dia.
Apalagi secara strategis, peluang masa depan Freeport untuk membangun tambangnya itu ada di tangan pemerintah. “Kalau tidak diperpanjang, maka Freeport tidak punya masa depan, maka harga pasarnya juga pasti rendah. Jadi negosiasinya itu ya ke arah negosiasi orang market,” kata dia.
Kata Yanuar, di mana-mana orang dalam negosiasi itu berdasar harga pasar. Dengan harga komoditas yang jatuh seperti saat ini, maka harga itu juga pasti jatuh. “Maka harganya pasti harus serendah itu,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan