Faizal Rizki Arief
Faizal Rizki Arief

Jakarta, Aktual.com —Hampir seluruh agama besar dunia melarang hubungan (perkawinan) sesama jenis. Namun, sebuah kekuatan modal dengan mengatasnamakan ‘agama’ demokrasi menghalalkannya.

Akhirnya, agama kalah dengan demokrasi. Di Belgia pernikahan sesama jenis dilegalkan pada 2003. Dan disusul oleh 20 negara lain (sebagian besar di Eropa). Terakhir, Obama melegalkan pernikahan sesema jenis di AS pada Desember 2015 lalu. Indonesia akan dipaksa ikut juga?

Hampir seluruh agama besar dunia melarang berzina, berzina mata, apalagi berzina di ruang publik. Namun, sebuah kekuatan modal dengan memakai logika ‘agama’ demokrasi menghalalkannya.

Akhirnya, agama kalah dengan demokrasi. Dengan menggunakan logika kebebasan berekspresi, kebebasan berkesenian dan kebebasan ilmiah, ratusan ribu situs internet dan media massa di beberapa negara membebaskan penayangan gambar dan adegan seperempat porno, setengah porno, semi porno, bahkan yang porno vulgar.

Dengan logika HAM juga, soal pornografi dijawab seperti ini: “Awasi anak dan keluarga Anda dari konten dewasa”. Atau seperti ini: “Kalau tidak suka, jangan buka dan tonton tayangan yang berbau pornografi”. Atau yang ekstrim: “Negara tidak punya hak untuk mengatur hak individu rakyatnya untuk menonton film porno”. Dan banyak alasan-alasan ilmiah HAM lainnya.

Hampir seluruh agama besar dunia melarang menarik bunga (riba dalam islam) berlebihan. Namun, sebuah kekuatan modal dengan mengatasnamakan ‘agama’ demokrasi menghalalkannya.

Akhirnya agama kalah dengan demokrasi. Dengan alasan ilmiah bahwa interest (bunga/riba) adalah faktor sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi maka interest (bunga/riba) adalah faktor penting dalam demokrasi. Demokrasi ekonomi khususnya.

Akibatnya, interest (bunga/riba) yang berlebihan menyebabkan Bubble Economy. Ini faktor paling penting dibalik gonjang-ganjing gagalnya konsep keadilan di sistem finansial global. Ini juga faktor yang menyebabkan banyak negara (dan rakyatnya) miskin bertambah miskin. Termasuk Indonesia?

Dan masih banyak lagi isu Agama versus ‘Agama’ demokrasi. Kita harus terus mawas diri karena ini menyangkut soal membangun peradaban sebuah bangsa…