Petugas mengisi BBM jenis Pertalite ke tangki motor di salah satu SPBU di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/10). Pertamina manargetkan sekitar 2.000 SPBU di Indonesia menjual produk Pertalite hingga akhir 2015. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pd/15

Jakarta, Aktual.com — Desakan kepada pemerintah untuk segera menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah murahnya harga minyak dunia yang kini berkisar di USD 30 per barelnya terus disuarakan oleh berbagai pihak.

Ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Rizal Edi Halim mengungkapkan, mestinya pemerintah dalam menyikapi harga minyak dunia yang murah saat ini segera melakukan penyesuaian.

“Ya itu harus, pemerintah mestinya segera melakukan penyesuaian, pemerintah harus mengutamakan prinsip keadilan, di saat masyarakat semestinya menikmati harga bahan bakar yang murah, kenapa pemerintah justru tidak memberikan itu,” papar Rizal di Gedung Dewan Pers Pusat, Jakarta, Minggu (14/2).

Selain itu, lanjut Rizal, kehadiran negara di tengah-tengah masyarakat tentunya sangat penting untuk memberikan keputusan terkait hal-hal yang menyangkut kepentingan mendasar.

“Bahwa kemudian ada mekanisme yang diatur per 3 bulan itu kan prosedural, tidak substantif,” ungkapnya.

Menurutnya, mekanisme penetapan itu mestinya bisa ditinjau demi kepentingan masyarakat.

“itu kan bisa dirubah, ini penting di tengah perlambatan ekonomi kita saat ini,” tuturnya.

Rizal menjelaskan, penyesuaian harga BBM terhadap harga minyak dunia jika segera dilakukan oleh pemerintah tentunya akan sangat membantu tidak hanya kemudian dilihat sebagai keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat tetapi membantu dalam sisi penguatan daya saing.

“Kalau harga BBM diturunkan, seperti yang diketahui bahwa tarif dasar listrik akan turun, BI juga sudah ngomong jika BBM turun pasti suku bunga juga akan diturunkan,” ujarnya.

Artinya apa, lanjut Rizal, kalau kebijakan itu segera dilakukan, akan ada multi efek yang ditimbulkan. Kalau suku bunga turun, produksi akan berjalan tentunya dunia usaha akan bergairah.

“Kalau dunia usaha bergairah, berimplikasi pada pendapatan pekerja, mereka akan belanja, konsumsi akan naik, dan itu akan mendorong peningkatan ekonomi ,” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka