Dua orang terlihat di lantai Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (31/7/2015). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari terakhir pekan ini ditutup berhasil tembus 4.800 didukung ramainya transaksi. IHSG melesat 90,04 poin atau 1,91% ke level 4.802,53. AKTUAL/TINO OKTAVIANO 

Jakarta, Aktual.com — Pada perdagangan hari ini di pasar spot antar valuta asing, laju rupiah diproyeksikan kembali mengalami kenaikan terhadap dollar AS. Hal ini karena dipicu kembali menguatnya laju harga minyak mentah dunia.

“Dari data yang kami peroleh, minyak WTI sempat naik hingga US$29 per barel pada perdagangan intraday. Sehingga pola gerak rupiah kian menguat membuat pelaku pasar semakin percaya akan pulihnya perekonomian Indonesia,” tandas analis PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada melalui analisis hariannya, Selasa (16/2).

Kondisi penguatan rupiah itu semakin positif setelah dipengaruhi juga adanya rilis neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2016 yang tercatat surplus US$ 0,05 miliar setelah pada Desember 2015 mengalami defisit US$ 0,16 miliar.

Perbaikan neraca perdagangan tersebut, lanjut dia, didukung oleh turunnya defisit neraca perdagangan migas. Sementara neraca perdagangan nonmigas masih mencatat surplus.

“Meski kami mengharapkan ada kenaikan atau permbalikan arah penguatan, namun diperkirakan laju rupiah juga bisa saja melanjutkan pelemahannya. Hal ini terjadi jika tidak ada sentimen positif yang cukup memberikan dorongan penguatan pada rupiah,” papar dia.

Apalagi jika rilis data-data ekonomi di awal pekan ini tidak begitu baik, maka pelaku pasar tetap perlu mewaspadai potensi pelemahan lanjutan rupiah.

“Kami perkirakan, support rupiah berada di level Rp13.500 serta resisten Rp13.400. Namun, tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah itu,” tegas Reza.

Apalagi laju dollar AS terhadap mata uang lainnya, seperti euro, poundsterling, Swiss frank, maupun dollar Singapura juga cenderung menguat.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka