Jakarta, Aktual.com — Amara Majeed merupakan Mahasiswi Muslim yang sudah membuat sejarah baru. Ya, Majeed (atau panggilannya Majid, red) yang saat ini berusia 18 tahun, adalah Mahasiswa Fakultas Hukum dari Brown University di Rhode Island, Amerika Serikat. Ia merupakan Mahasiswi satu-satunya yang memakai hijab di kampusnya.
“Saya pikir, saya satu-satunya Mahasiswi di Brown (Universitas) yang memakai jilbab,” kata Majeed, di Baltimore, membuka pembicaraan kepada Reporter ABC News.
Lahir sebagai imigran Sri Lanka, Amara merupakan seorang aktivis yang kuat Islamnya. Ia sedang berjuang untuk mendobrak ‘stigma’ yang melekat pada jilbab yang dikenakannya di depan publik. Yang mana sebagian besar perempuan Muslim, hijab hanya dipakai setelah mereka mencapai pubertas.
Amy Robach dari program acara “Good Morning America” mewawancarai Majeed untuk “#GirlPower”, dalam menampilkan profil perempuan inspiratif yang kuat.
Majeed, yang memakai hijab saat berusia 16 tahun, mengatakan dia melakukannya karena ingin mendorong perempuan dan anak perempuan Muslim untuk memakai hijab “selama satu hari”. Sekaligus berbagi pengalaman mereka di situs-nya.
“Tujuannya adalah untuk memberantas ‘stereotip’ tentang perempuan Muslim dan melawan ‘Islamophobia’.”
Dia mengatakan, dirinya terkejut dengan berbagai alasan wanita Muslim yang sudah mencoba syal Islami atau jilbab.
“Saya berharap untuk benar-benar angkat persaudaraan, mempromosikan feminisme, dan mempromosikan pemahaman minoritas seringkali disalahpahami dan kurang terwakili,” kata Majid.
Reporter Robach bertanya kepada Majeed apa yang ia pikir tentang kesalahpahaman terbesar menjadi Muslimah yang mengenakan jilbab?.
“Saya pikir kesalahpahaman terbesar bahwa Muslimah tertindas … Saya berpikir bahwa Muslimah AS yang memakai jilbab dengan hilangnya identitas Amerika-nya. Dan, seringkali, orang – Anda tahu, mereka mempertanyakan apakah saya berbicara dalam bahasa Inggris. Mereka mempertanyakan intelektualitas saya,” ungkap ia.
Dia menambahkan, bahwa sebagian besar perempuan Muslim merasa bahwa jilbab itu bukan pilihan. Dan, bahwa orangtuanya memaksanya untuk memakai hijab.
“Jujur, saya mendapatkan banyak kebencian … orang mengatakan, ‘Kamu teroris’. Anda harus kembali ke tempat Anda berada. Saya harap Anda mendapatkan AIDS, ‘dan sebagainya. Dan, dalam semua kejujuran – ini bukan sesuatu yang baru bagi saya,” bebernya kepada media Amerika tersebut.
Robach bertanya kembali kepada Majeed, apakah dia merasa aman berjalan menyusuri jalan di AS saat mengenakan jilbabnya?.
“Tidak,” jawabnya singkat.
Ia menambahkan, “Ini sangat menakutkan. Dan saya tidak merasa aman berjalan di jalan-jalan sendirian di malam hari dengan pakai jilbab. Dan kadang-kadang saya terpaksa memakai jaket.”
“Apakah Anda ingin suatu hari di mana Anda akan merasa aman berjalan menyusuri setiap jalan di Amerika dengan memakai jilbab?,” tanya Robach.
“Saya tidak tahu apakah itu akan terwujud dalam hidup saya,” kata Majid.
“Tapi saya berharap dan berdoa bahwa itu akan teruwujud kepada anak-anak saya atau kehidupan cucu saya di AS.”
Di kesempatan berbeda, dalam mengejar tujuannya, Majeed menulis surat kepada calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump setelah komentar kontroversial tentang Muslim. Yang mana, Trump menyerukan untuk sementara waktu, Muslim dilarang memasuki Negeri Paman Sam.
Majid merespon dan menulis, “Trump hanya mengeluarkan pernyataan kebijakan tentang kebencian dan bahaya datang ke negara kita (Amerika Serikat). Kita harus waspada! ”
Dalam suratnya, Majeed kembali menuturkan, Trump sudah menyeret Amerika ke masa lalu yang suram.
“Dengan segala hormat, Pak Trump, Anda adalah seorang ‘demagog’ yang memanfaatkan ketakutan dan paranoia Amerika ‘. Anda ‘mengkambinghitamkan’ seluruh penduduk 1,6 miliar orang dalam upaya untuk berkampanye, dalam upaya untuk ‘membuat Amerika lebih besar lagi,’ “tulisnya.
Majeed mengatakan dia menulis surat itu karena dia merasa ketakutan.
“Jadi, saya merasa seperti saya perlu cara untuk mengungkapkan perasaan apa yang saya rasakan sebagai Muslim Amerika, dan mengatakan Donald Trump yang komentarnya yang … berbahaya bagi komunitas Muslim,” beber ia menjelaskan.
Namun, menurut Majeed, Trump belum merespon suratnya tersebut.
Gairahnya untuk mengubah dunia berhasil menempatkannya di majalah Seventeen dalam daftar remaja Muslim yang paling berprestasi. Meskipun berprestasi, dia masih hanya seorang gadis remaja pada umumnya.
“Sebenarnya saya juga mengidolakan Leonardo DiCaprio,” selorohnya sambil bercanda.
“Dan saya juga menyukai Taylor Swift. Dan saya berpikir bahwa dia adalah wanita yang sangat kuat. ”
Sama dengan remaja AS lainnya, Majid juga mengaku, penggemar dari mini seri “Gossip Girl”.
Ditanya serial “Gossip Girl” yang berarti baginya, Majid menjawab, “Saya berpikir bahwa ‘Girl’ pada dasarnya menunjukkan pada dunia bahwa kita perempuan bisa menjadi kuat tidak terlepas dari gender kita. ”
Dia kembali mengatakan, “Feminisme benar-benar mewujudkan ide ini bahwa kita harus saling membantu dan mengangkat satu sama lain.” (Sumber: ABC News, Washington Post, New York Times).
Artikel ini ditulis oleh: