Jakarta, Aktual.com — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknilogi (BPPT) akan memulai penelitian untuk menemukan senyawa aktif dari lima jenis anggrek asli Indonesia.
“Ada lima jenis anggrek selain genus Coelogyne yang mau dicari senyawanya yakni Coelogyne martae, kita juga akan teliti senyawa aktif pada Dendrobium, Coelogyne pandurata (anggrek hitam), Vanda douglas (anggrek tanah), dan Phalaenopsis,” kata Kepala Pilot Plan Propagasi Tanaman BPPT, Irni Furnawari, kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (17/02).
Beberapa anggrek yang akan diteliti, menurut dia, sudah ada yang dikembangkan seperti salah satunya Vanda douglas di Tangerang Selatan. Namun beberapa yang lain masih berupa anggrek liar yang perlu di domestikasi.
Beberapa jenis anggrek tersebut, lanjutnya, juga telah dimanfaatkan baik oleh masyrakat sebagai etno farmasi dan oleh industri untuk produk kecantikan dan kesehatan. Contohnya dendrobium yang dimanfaatkan untuk teh sebagai antioksidan, Phalaenopsis untuk parfum, dan Coelogyne endemik India yang dimanfaatkan masyarakatnya untuk antioksidan, antikanker, analgesik, dan herbal untuk pernafasan.
“Anggrek di Indonesia banyak sekali, kami upayakan untuk lima anggrek ini dulu, mungkin nanti bisa saja dilakukan ke anggrek yang lain. Kalau ditanya manfaat anggrek sebenarnya dari etno farmasi sudah diketahui beberapa, tapi kita kan ingin mengetahui secara empiric manfaat senyawa yang ada di dalamnya,” ujar Irin.
Kepala Seksi Program dan Penerapan Bioteknologi BPPT, Anis Mahsunah mengatakan, penelitian senyawa aktif lima anggrek ini setelah identifikasi dan domestikasi Coelogyne marthae selesai dilakukan.
“Senyawa aktif belum mulai kita diteliti, selesai aklimatisasi baru dicari, diekstrak secara keseluruhan. Tapi sebentarl lagi aklimatisasi bisa selesai sepertinya, kemungkinan Maret,” ujar dia.
Penelitian ini, menurut Anis, sebenarnya masih satu bagian dari peneliti bersama Martha Tilaar Group yang dilakukan sejak 2013. Penelitian awalnya dimulai dengan melakukan eksplorasi di sejumlah lokasi di Kalimantan dan Jawa Timur.
Eksplorasi dilakukan di Taman Nasional Betung Kerihun, Gunung Dungan, dan Gunung Liut di Kalimantan Barat, selain itu di Cagar Alam Melak di Kalimantan Timur untuk pendataan saja.
“Eksplorasinya dilakukan selama lima hingga 10 hari di masing-masing lokasi, cukup berat. Untuk di Jawa Timur, tepatnya di Banyuwangi hanya untuk mengambil beberapa anggrek dari Kalimantan Tengah yang sudah didomestikasi dari para kolektor,” ujar ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara