Jakarta, Aktual.co — Tim asal Sumatera Selatan, Sriwijaya FC tidak dibubarkan meskipun kompetisi sepakbola profesional musim ini ditiadakan oleh PT Liga Indonesia.

“Meskipun banyak klub sudah membubarkan diri, seperti PSIS Solo dan Barito Putra, setelah Indonesia diberi sanksi oleh FIFA, tapi tidak demikian dengan Sriwijaya FC. Jajaran manajemen telah memutuskan tidak akan membubarkan tim ini,” kata Manajer Sriwijaya FC, Robert Heri, di Palembang, Selasa (2/6).

Namun menurut dia, terkait situasi sepak bola nasional yang belum kondusif ini, manajemen klub telah memutuskan untuk meliburkan pemain hingga usai Idul fitri mendatang.

“Pemain diliburkan, bukan dibubarkan. Nanti setelah Lebaran akan kumpul lagi di Palembang untuk berlatih,” katanya pula.

Sementara itu, untuk tetap bertahan dalam situasi sulit ini, Sriwijaya FC akan mengandalkan dana sponsor agar tetap dapat menggaji pemainnya.

Direktur Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri, Dodi Reza menerangkan bahwa dana pembayaran gaji ini bersumber dari sponsor utama.

“Sriwijaya FC memiliki sponsor ‘tradisional’ yang tetap menyalurkan dana tanpa melihat persoalan yang sedang terjadi, karena pada prinsipnya bantuan ini untuk menjaga keberlangsungan klub. Sriwijaya FC merupakan kebanggaan Sumsel,” kata dia lagi.

Berkaitan dengan kebutuhan dana yang besar untuk menjaga keberlangsungan klub, menurutnya, maka manajemen telah mengambil kebijakan pengurangan gaji yakni hanya memberikan 10 persen untuk beberapa pemain.

Pemain itu Syakir Sulaiman, Patrich Wanggai, Yogi Triana, dan Pelatih Benny Dollo, serta Asisten Pelatih Hendri Susilo.

Sedangkan untuk pemain lain diputuskan hanya menerima gaji senilai 25 persen dari kontrak kerja, di antaranya Asri Akbar, Titus Bonai, Ferdinand Sinaga, Fakruddin, Wildansyah, dan Jeki Arisandi.

“Pemain yang masih menerima gaji senilai 25 persen ini diwajibkan tetap berada di mes dan terus berlatih. Ini dilakukan manajemen klub untuk meminimalkan dampak negatif seperti cedera karena bergabung dengan liga antarkampung,” kata dia lagi.

Sedangkan, untuk pemain asing, yakni Morimakan Koita (Mali), Abdulaye Maiga (Mali), Goran Ljubojevic (Kroasia), dan Raphael Maittimo (naturalisasi Belanda) diputuskan manajemen untuk dihentikan kontrak kerjanya dan telah kembali ke negara masing-masing.

Kerugian klub lantaran penghentian kompetisi ini, Dodi merincikan secara finansial berkisar Rp7 miliar hingga Rp8 miliar karena klub telah membayar kontrak kerja dan menjalani pertandingan sebanyak tiga kali.

“Meskipun hingga kini belum ada titik terang terkait kompetisi, pada dasarnya Sriwijaya FC masih berharap kompetisi musim ini tetap berjalan. Manajemen menetapkan batas waktu hingg 27 Juli, jika tetap tidak ada kejelasan, maka ada kemungkinan akan dirumahkan semuanya,” kata dia pula.

Kompetisi profesional sepak bola Indonesia Liga QNB 2015 dihentikan oleh PT Liga Indonesia (operator kompetisi) pada 3 Mei 2015, setelah tidak mendapat izin keramaian dari kepolisian berkaitan kisruh PSSI dan Kemenpora.

Kisruh ini berawal dari pengabaian PT Liga Indonesia terhadap rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia yang tidak meloloskan dua klub, yakni Arema dan Persebaya.

Persoalan semakin meruncing setelah PSSI menempuh jalur hukum untuk menggugat Kemenpora ke PTUN terkait SK pembekuan PSSI yang akhirnya dimenangkan oleh PSSI.

Pada 29 Mei 2015 lalu, FIFA memberi sanksi PSSI karena menilai terdapat campur tangan pemerintah, meskipun tetap memberikan izin Timnas Indonesia bermain di SEA Games 2015, Juni ini.

Artikel ini ditulis oleh: