Beograd, Aktual.com – Pemerintah Serbia yakin dua petugas Kedutaannya yang diculik di Libya November lalu, jadi korban di 50 orang yang tewas dalam serangan udara Amerika Serikat, Jumat lalu.
Serangan itu dilakukan AS ke sebuah titik yang diduga sebagai markas pelatihan kelompok IS bersenjata.
Pejabat AS mengatakan sasaran serangan itu adalah markas yang digunakan sekitar 60 ISIS. Termasuk warga Tunisia Noureddine Chouchane yang dituding lakukan dua serangan terhadap wisatawan di Tunisia pada tahun lalu yang menewaskan puluhan orang.
Sladjana Stankovic, petugas perhubungan Serbia, dan Jovica Stepic, sopir, disandera pada 8 November setelah iringan diplomatik mereka, termasuk duta besar, ditembaki di dekat kota pesisir Sabratha.
“Kami menunggu pengenalan korban, sehingga secara resmi tidak bisa memastikan keterangan itu,” kata Menteri Luar Negeri Ivica Dacic, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (20/2).
Wali Kota Sabratha, Hussain al-Thawadi, mengatakan pihak berwenang Libya telah mengirim gambar jasad itu kepada diplomat Serbia untuk pengenalan awal. Jumlah korban tewas akibat serangan pada Jumat itu meningkat menjadi 49 orang.
Serangan udara AS itu merupakan yang kedua kalinya dalam tiga bulan terhadap IS di Libya, tempat pegaris keras memanfaatkan kekacauan akibat kejatuhan Muammar Gaddafi pada 2011 untuk membangun keberadaan di pantai selatan Laut Tengah.
Pada Sabtu, jaksa agung Libya menyatakan salah satu dari enam penyintas yang terluka mengatakan kepada jaksa bahwa yang di gedung terhantam itu adalah anggota-anggota ISIS. Mereka datang ke Libya baru-baru ini untuk mengikuti pelatihan dan kemudian melakukan teror di Tunisia.
Tapi, wali kota Sabratha menyatakan bangunan itu hanya rumah, dengan menambahkan, “Rumah itu digunakan untuk pertemuan dan kegiatan lain tapi tidak untuk pelatihan.” Menteri Dacic menyatakan pihak berwenang Serbia sudah merundingkan pembebasan kedua petugas itu sebelum serangan tersebut.
“Penculik berniat mendapatkan uang,” kata Dacic, dengan menambahkan bahwa tuntutan itu tidak mungkin dipenuhi baik oleh keluarga maupun pemerintah.
Ia menyatakan Serbia akan mengirim surat protes ke Washington karena tidak memberitahu pihak berwenang Serbia tentang serangan itu.
Diplomat dan warga negara asing pada masa lalu menjadi sasaran penculikan, sebagian besar untuk tebusan atau pembebasan pejuang Libya, yang ditahan pemerintah di luar negeri. Serbia memiliki hubungan dengan pemerintah Libya -yang diakui secara internasional dan berpusat di kota timur, Tobruk- maupun pemerintah bentukan sendiri di ibu kota, Tripoli.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara