Riyadh, Aktual.com – Kejaksaan Arab Saudi mengadili 32 orang, termasuk 30 anggota dari kelompok minoritas Muslim Syiah, menuduh mereka sebagai mata-mata untuk Iran, Minggu (21/2) waktu setempat.
Beberapa media massa Saudi mengatakan, sebanyak 32 orang termasuk orang Iran dan Afghanistan, ditahan pada 2013 yang memicu kehawatiran di kalangan Syiah Saudi yang mengatakan bahwa beberapa merupakan tokoh terkenal dalam komunitas mereka dan tidak terlibat dalam politik.
Pengadilan itu adalah yang pertama kali dalam sejarah terbaru bagi Saudi, menuduh memata-matai dan mungkin menimbulkan ketegangan antara Muslim Syiah dan Sunni lokal dan dengan Iran, yang menolak keras tuduhan pada saat itu.
Persaingan sengit antara kerajaan yang dikuasai Sunni dan Iran, sebuah negara teokrasi Syiah, telah memperburuk perang dan persaingan politik di Suriah, Irak, Libanon, Yaman dan Bahrain dan dianggap oleh banyak pengamat sebagai penyebab ketidakstabilan wilayah.
Ketegangan meningkat lebih lanjut pada Januari, ketika Riyadh memutuskan hubungan diplomatik setelah pengunjuk rasa menyerbu kedutaan Teheran karena marah atas eksekusi Arab Saudi terhadap ulama Syiah yang dihukum karena terlibat dalam pembunuhan polisi.
Kantor Kejaksaan Riyadh menuntut 32 orang itu pada Minggu di Pengadilan Pidana Khusus, yang mencoba melanggar keamanan, kata jaringan televisi milik Saudi.
Tuduhan termasuk pembentukan jaringan mata-mata dengan anggota intelijen Iran dan mengakses informasi militer sangat penting, berusaha merusak kepentingan ekonomi Saudi, merusak kerukunan masyarakat dan menghasut perselisihan sektarian.
Tuduhan itu juga termasuk mendukung kecaman di wilayah yang didominasi Syiah, Qatif di Provinsi Timur, merekrut orang lain untuk memata-matai, mengirimkan laporan bersandi untuk intelijen Iran melalui surat elektronik dan melakukan pengkhianatan tingkat tinggi terhadap raja.
Ke-32 orang itu juga dituduh memiliki buku yang dilarang dan publikasi lainnya, kata al-Arabiya dan media lain milik Saudi.
Di antara mereka yang ditangkap pada 2013 adalah seorang profesor tua universitas, seorang dokter anak, seorang bankir dan dua ulama. Sebagian besar dari al-Ahsa, wilayah campuran Syiah dan Sunni yang merupakan rumah bagi sekitar setengah anggota sekte kelompok kecil kerajaan.
Arab Saudi telah menyalahkan kerusuhan sporadis di kalangan Syiah di Qatif, tapi tidak pernah mengumumkan secara terbuka bukti hubungan langsung antara mereka yang mengambil bagian dalam kecaman keras dari 2011-2013 dan Teheran, yang membantah keterlibatan apapun.
Pada 2012, dia mengatakan peretasan pada Agustus terhadap jaringan komputer produsen energi negara Saudi Arabian Oil Co (Saudi Aramco) itu berasal dari server di negara-negara lain dan beberapa pengamat menunjuk pada Iran, yang juga membantah tuduhan itu.
Hubungan antara Arab Saudi dan Iran non-Arab memburuk setelah yang revolusi terakhir pada 1979 yang membawa ulama Syiah berkuasa. Arab Saudi mengikuti sekolah Wahhabi Islam Sunni yang kaku di mana paham Syiah dipandang sesat.
Syiah di Provinsi Timur mengatakan mereka menghadapi diskriminasi terus-menerus yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja, belajar dan beribadah secara bebas, tuduhan yang dibantah Riyadh.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara