Jakarta, Aktual.com — Fenomena harga bahan bakar minyak (BBM) yang dijual di SPBU Pertamina yang masih saja tinggi, di saat harga minyak dunia yang rendah dirasa cukup aneh.

Terlebih di sisi lain pemerintah juga mau menggenjot daya beli masyarakat agar lebih tinggi dan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

“Kalau pemerintah mau menggenjot daya beli masyarakat, ya sudah turunkan bahan bakar minyak (BBM), apalagi saat ini harga minyak dunia bisa menembus US$20 per barrel atau bahkan bisa di angka US$10 menurut analis-analis dunia,” papar Koordinator Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (25/2).

Saat ini di saat harga pangan juga tinggi, harga BBM masih tinggi. Pasalnya dalam konteks penurunan minyak dunia ini dapat dilihat dalam dua hal. Penurunan harga BBM yang akan menggenjot daya beli serta kinerja perusahaan migas yang tentu terpukul.

“Makanya Menteri ESDM, Sudirman Said harus mengatur betul terkait harga BBM ini. Apalagi kalau harga BBM masih tinggi bagaimana daya beli masyarakat akan meningkat,” tegas dia.

Tapi selain itu, Menteri ESDM juga harus menjaga eksistensi perusahaan migas seperti Pertamina, agar dapat bertahan di tengah fluktuasi harga migas.

“Saya sangat yakin harga minyak dapat menembus US$20 per barrel, maka pasti perusahaan migas akan terpukul. Tapi Menteri Sudirman harus punya solusi, agar BBM turun tapi eksistensi perusahaan seperti Pertamina juga tetap terjamin,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan