Harga Minyak Dunia (Aktual/Ilst)
Harga Minyak Dunia (Aktual/Ilst)

Jakarta, Aktual.com — Direktur Jenderal Minyak dan Gas bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja meminta pemerintah daerah memahami penurunan Dana Bagi Hasil Migas karena ini dialami seluruh daerah, juga pemerintah pusat.

“Ini dialami semuanya, pusat juga. Nasional penerimaan minyak biasanya tinggi, di atas sekitar Rp200 triliun, sekarang sekitar Rp70 triliun,” kata Wiratmaja di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (26/2).

Ia mengatakan penurunan DBH murni karena anjloknya harga Migas, bukan karena alasan yang lain. Karena itu, DBH tidak bisa dinaikkan, meski pemerintah daerah berupaya untuk melobi pemerintah pusat.

“Bagaimana caranya, karena hitungannya pasti,” kata dia.

Memang, nilai penurunan DBH tidak sama untuk semua daerah, meski persentasenya tetap sama, tergantung dari jenis produksi di tiap daerah.

Bila daerah memproduksi gas, maka penurunan DBH-nya tidak akan sedrastis produksi minyak, karena harga gas bumi tidak terlalu jatuh.

Ia menjelaskan persentase penurunan harga Migas tidak serta-merta sama dengan penurunan penerimaan DBH.

“Karena ada perhitungan ‘cost recovery’. ‘Cost recovery’ ini nilainya tetap, turunnya tidak banyak,” ucapnya.

“Misalnya, harga migas sebelumnya 100 dolar AS dipotong cost recovery 20 dolar AS, jadi 80 dolar AS yang dibagi-bagi ke pemerintah pusat dan daerah. Lalu kemudian harga Migas turun menjadi 30 dolar AS, tetap dipotong ‘cost recovery’ 20 dolar AS, dan yang dibagi-bagikan jadi 10 dolar AS,” jelasnya.

Ditjen Migas mengupayakan menaikkan pendapatan negara dari Migas dengan cara mencari daerah eksplorasi baru, dan meningkatkan eksplorasi.

Namun, itu juga tidak bisa dipaksakan. Kalau pun ada daerah memiliki ladang baru, namun tetap saja perusahaan Migas akan berpikir ulang untuk berproduksi.

“Karena biaya mahal, dapatnya sedikit,” kata dia.

Dan pemerintah tidak bisa memaksakan industri di hulu melakukan efesiensi. Kalau dipaksa hemat, maka perusahaan bisa mengeluarkan karyawan.

Yang harus dilakukan sekarang adalah menjaga agar perusahaan Migas menjalankan komitmennya dalam berproduksi.

“Mereka punya work program and budget, itu harus dijaga,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka