Jakarta, Aktual.com — Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bentuk banyaknya kepentingan yang dimiliki China yang diperjuangkan oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno.
Kemesraan Rini-China ini sangat jelas, sekalipun berpotensi rugi, proyek yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) dan konsorsium China plus BUMN ini terus dipaksakan.
“Banyak analisis ekonomi yang menunjukkan proyek kereta cepat ini sebetulnya tidak feasible. Tapi tetap dipaksakan oleh pemerintah,” kata pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Telisha Feliyanti kepada Aktual.com, Minggu (28/2).
Hal ini terjadi karena banyak kepentingan yang berada di belakang digarapnya proyek ini. Atas hal tersebut, membuat mata pemerintah menjadi gelap untuk bertindak objektif menggarap Kereta Cepat.
“Kepentingan-kepentingan itu yang membuat proyek ini di-push terus. Apalagi adanya hubungan yang makin erat dengan China membuat pemerintah memaksakan diri untuk project ini,” cetus dia.
Bahkan analisa lingkungannya pun masih dianggap kurang feasible juga. “Tapi pemerintah selalu berdalih ada dampak positif dengan pengembangan kota baru. Dan selalu disebut akan bertumbuh kegiatan ekonomi Jakarta-Bandung, betulkah itu?” tanyanya.
Makanya kalau yerkait soal benefit tersebut, kata dia, pemerintah harus menghituang secara total seberapa banyak manfaat dan dampak negatifnya itu.
“Misal soal harga tanah, jika harganya ditekan, pasti masyarakat sekitar rugi sekali. Makannya net benefit itu harus dikaji ulang,” pinta Telisha.
Sebelumnya, anggota Komisi V DPR Nizar Zahro mennyebutkan, dari sepuluh negara yang menggarap proyek kereta cepat, hanya dua negara yang mendapat keuntungan.
“Berarti ada delapan negara yang rugi. Apa kita biarkan negara ini melakukan proyek yang sudah pasti rugi? Apalagi banyak regulasi yang dilanggar,” cetus Nizar.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby