Proyek Kereta Api Cepat Jakarta - Bandung (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Menteri BUMN Rini Soemarno tetap ngotot melenjutkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Padahal segudang masalah belum terselesaikan, termasuk kualitas keretanya yang mungkin saja seperti kualitas barang rongsokan.

Menurut ekonom dari Universitas Padjajaran (Unpad), Arie Pratama, pada Senin (29/2), hal tersebut adalah menjadi satu dari tiga masalah yang perlu disorot dalam proyek kereta cepat ini.

Dengan kualitas kereta yang rendah, membuat keamanan dan keselamatan penumpang dipertaruhkan. “Makanya kelayakan proyek kercep ini harus ditinjau dari berbagai aspek. Salah satunya aspek operasional, agar keamanan dan kenyamanan penumpang jadi prioritas,” terangnya kepada Aktual.com.

Pasalnya, dengan terlalu dipaksakannya proyek ini, membuat kurang dipastikannya kualitas teknologi armada kereta cepat ini. Sehingga keselamatan dan keamanan penumpang jadi terbengkalai.

“Apalagi selama ini produk buatan China kalah aman dibanding dengan buatan Jepang atau Eropa. Jangan-jangan kualitas keretanya juga seadanya. Apakah hal ini sudah menjadi concern Menteri BUMN?” tandas Arie.

Aspek kedua terkait keuangan. Dengan kerjasama melalui Build Operate Transfer (BOT), maka perlu disusun formula yang menguntungkan bagi pemerintah dan investor. Jangan hanya menguntungkan pihak investor China saja.

Terlebih untuk proyek ini, kredit sindikasi bank BUMN sangat luar biasa besarnya. “Jangan sampai proyek ini kemudian gagal total dan menyebabkan kerugian BUMN yang besar,” tegas dia.

Aspek ketiga, proyek kereta cepat ini menjadi moda transportasi parasit. Karena bisa jadi akan mengurangi pendapatan moda-moda transportasi yang sudah ada.

Selama ini, moda transportasi seperti kendaraan travel-travel, kereta argo parahyangan, atau pun bus-bus sudah melayani rute Jakarta-Bandung. Sekalipun kereta cepat ini nantinya akan ditarif mahal, tapi tetap akan menggerus pendapatan moda-moda transportasi yang sudah ada.

“Jadi walaupun masih jauh, tapi pemerintah saya kira perlu antisipasi agar kebijakan ini tidak seperti parasit,” kritik Arie.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan