Jakarta, Aktual.com — Ketua Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arif Poyuono meyakini bahwa Presiden Jokowi telah ditipu oleh Menteri Badan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno dalam hal pembangunan proyek kereta cepat.
Karena telah terbongkar bahwa motif pembangunan proyek kereta cepat itu bukan untuk penumpang, namun tujuannya diprioritaskan untuk pengembangan wilayah terutama pada sektor properti.
“Begini dah kalau udah tujuannya untuk pengembangan properti di setiap wilayah yang akan dilewati oleh Kereta Cepat itu, apalagi ada kepentingan pengembang properti raksasa, ini sudah jelas kalau Presiden Jokowi telah dibohongi oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno,” tegas Arif kepada Aktual.com Selasa (1/3).
Menurut Arif, yang namanya pembangunan infrastrutur untuk mengembangkan ekonomi di daerah, harusnya yang dibangun kereta logistik dan kereta listrik, bukan kereta cepat.
“Harusnya yang dibangun itu bukan infrastrutur Kereta Cepat. Tapi jalur Kereta Barang dan Kereta Listrik, jalan Tol, jalan-jalan Negara untuk mengangkut barang dan penumpang. Kereta Cepat itu cuma sebagai transportasi yang sifat sebenarnya hanya untuk melengkapi saja, itupun jika pendapatan perkapita masyarakat sudah mencapai USD8 ribu per tahun,” tuturnya.
Lebih lanjut dalam pengamatannya, diberbagai negara yang mengunakan moda transportasi untuk mengembangkan wilayah dan perekonomian masyarakatnya, dimulai bukan dengan Kereta Cepat.
“Lihat Amerika Serikat, Perancis, Jerman, China sendiri tidak mengunakan Kereta Cepat sebagai stimulus pengembangan Ekonomi wilayah baru,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa Direktur Transportasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prihartono mengatakan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memiliki misi yang berbeda dibandingkan dengan kereta biasa.
“Kalau kereta cepat itu beda lagi misinya. Kereta cepat ini kan sebagai pengungkit, sebagai ‘key driver’ untuk pengembangan wilayah. Kalau yang itu kan (kereta biasa) bicara penumpang,” ujar Bambang di Jakarta, Sabtu (27/2).
Menurut Bambang, banyak orang terkadang salah menilai tujuan dari proyek kereta cepat tersebut. Ia mengatakan, ada keuntungan yang lebih besar terhadap pengembangan wilayah di sekitarnya.
“Jadi tidak bisa ‘apple to apple’. Misinya beda, kalau ini (kereta biasa) angkut penumpang, kalau ini lebih ke aspek wilayah,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan