Jakarta, Aktual.com — Tren penurunan harga-harga komoditas seiring melambatnya ekonomi dunia memang berdampak pada ekspor Indonesia yang juga melambat. Untuk itu, pemerintah diminta kreatif dalam menggenjot pasar baru dengan produk-produk baru yang diterima pasar ekspor tersebut.
“Saat ini, tren penurunan harga komoditas yang berorientasi ekspor memang masih terjadi. Makanya pemerintah harus kreatif. Karena pada tahun ini pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh produk-produk non-komoditas,” papar Head of Equity Research PT CIMB Securities Indonesia, Erwan Teguh, di Jakarta, Rabu (2/3).
Namun begitu, ia memproyeksikan, kondisi ini tidak akan berlangsung lama. “Kemungkinan ke depannya, harga komoditas juga tidak akan menurun lebih jauh lagi seperti saat ini,” tandas dia.
Kendati perekonomian Indonesia membaik, namun jika di kancah global masih memburuk, maka akan berdampak minusnya pasar ekspor nasional. Sehingga neraca defisit transaksi berjalan bisa akan melebar seperti yang ditakutkan pemerintah.
“Saat ini ada penurunan defisit transaksi berjalan yang secara keseluruhan tahun 2015 mencapai 2,06 persen. Ini lebih rendah dari proyeksi BI (Bank Indonesia) sendiri,” tandas dia.
Menurut Erwan, pemerintah memang harus mencari pasar ekspor baru mengingat banyak terjadi perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor seperti China. Tapi jika didiamkan dan impor terus membludak maka defisit transaksi berjalan bisa lebih lebar lagi.
“Current account deficit kita memang akan ada sedikit kenaikan. Karena adanya peningkatan impor terkiat program infrastruktur pemerintah,” tegas dia.
Akan tetapi, hal itu tidak akan yerjadi lama, sebab akan diimbangi dengan adanya kenaikan capital inflow atau dana asing yang masuk.
“Iya akan diimbangi dengan masuknya Foreign Direct Investment,” tandas Erwan.
Dengan kondisi itu, maka ke depannya pergerakan nilai tukar rupiah pun terhadap dollar AS akan lebih stabil dan dalam kecenderungan menguat. Sejauh ini, kata dia, laju rupiah masih sejalan dengan arah gerak dollar AS.
“Pergerakan rupiah tidak searah dengan dollar hanya terjadi pada 2013. Karena saat itu adanya perubahan kebijakan moneter. Tetapi, kedepannya rupiah akan stabil, bahkan sekarang sudah dalam tren menguat,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan