Jakarta, Aktual.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat pada awal bulan kemarin telah merilis data terkait perkembangan ekonomi secara nasional. Dalam pernyataaanya, pada bulan Februari 2016 BPS mencatat terjadinya deflasi sebesar 0,09%.

Situasi ini menurut beberapa pengamat dan peneliti mestinya menjadi perhatian bagi pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong peningkatan sektor riil, apalagi situasi deflasi ini jika terus berlangsung akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Peneliti dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira menyatakan, jika dilihat dari sisi kebijakan moneter, deflasi merupakan pertanda bagi otoritas moneter (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga akan mendorong bunga kredit turun yang diharapkan akan menggerakan sektor perbankan di daerah.

“Baru-baru ini BI telah menurunkan suku bunga sebesar 0,5 persen, ke 7,00 persen, kita berharap dalam waktu dekat BI kembali menurunkan suku bunga acuan sehingga nantinya akan mendorong sektor perbankan menurunkan bunga kreditnya,” kata Bhima kepada Aktual.com, Jumat (4/3).

Ia menjelaskan, dari data yang dikeluarkan oleh BPS terkait deflasi, mestinya pemerintah juga perlu mengatur supply bahan pangan di level peternak.

“Contohnya ayam ras dalam kondisi over supply. Deflasi yang terjadi pada ayam ras akan berdampak negatif pada harga jual peternak ayam,” jelasnya.

Deflasi atau menurunnya harga barang secara umum merupakan indikasi adanya pelemahan ekonomi dari sisi permintaan. Indonesia masuk ke dalam transmisi deflasi global. Pelemahan ekonomi China dan harga minyak yang rendah berpengaruh langsung terhadap permintaan domestik.

Deflasi juga dapat menurunkan target pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya dipatok 5,3% oleh Pemerintah. Lesunya permintaan merupakan sinyal malaise ekonomi akan terus berlangsung hingga akhir tahun.

“Pemerintah harus turun tangan mengatasi deflasi. Cara ampuh yang dapat ditempuh adalah menggerakan sektor riil, melalui realisasi proyek infrastruktur terutama di wilayah dengan permintaan yang rendah,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan