Jakarta, Aktual.com — Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon mengunjungi kamp-kamp pengungsi Sahrawi di Aljazair selatan pada Sabtu (05/03).

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memulai kembali perundingan untuk mengakhiri perselisihan antara gerakan kemerdekaan Polisario dan Maroko atas wilayah Sahara Barat.

Front Polisario, yang mengatakan wilayah itu milik suku Sahrawi, mengobarkan perang gerilya setelah Maroko mengambil alih kawasan itu dari penjajahan Spanyol pada 1975 sampai gencatan senjata yang ditengarai PBB pada 1991. Kedua telah menemui jalan buntu sejak itu.

Banyak dari pengungsi Sahrawi, yang mengungsi dari pertempuran di Sahara Barat, telah tinggal di rumah-rumah batu bata lumpur di daerah Tindouf yang keras selama 40 tahun.

Ban mengatakan ingin melakukan perundingan kembali atas wilayah gurun dan memungkinkan kembalinya orang-orang Sahrawi dari kamp-kamp pengungsi di Aljazair di seberang perbatasan. Aljazair mendukung Polisario dalam konflik melawan saingan kawasannya, Maroko.

“Saya akan berupaya untuk membantu membuat kemajuan menuju penyelesaian yang adil, langgeng dan dapat saling diterima terkait masalah Sahara Barat,” kata Ban, menurut akun media sosial juru bicaranya.

Pimpinan PBB itu akan mengunjungi kamp pengungsi dan sekolah-sekolah di daerah Tindouf dan menemui pimpinan Polisario di sana.

Sebelum kedatangan Ban, pemimpin Polisario Mohammed Abdelaziz mengatakan PBB telah “kehilangan arah” atas Sahara Barat tapi mengatakan kunjungan Ban sebagai kesempatan terbaik setelah sekian lama untuk mengatur ulang perundingan atas referendum untuk menentukan nasib sendiri.

Polisario, yang didukung Aljazair dan sejumlah negara Afrika lain, ingin mengadakan referendum yang lama tertunda, yang dijanjikan dalam kesepakatan gencatan senjata PBB untuk masa depan kawasan itu.

“Kami ingin mendengar dari Sekretaris Jenderal untuk mencapai suatu penyelesaian tahun ini,” ujar Abdelaziz.

Tapi Maroko menginginkan Sahara Barat, yang kaya akan fosfat dan kemungkinan minyak dan gas lepas pantai, untuk menjadi bagian otonom Maroko dan tidak setuju dengan Polisario terkait siapa yang harus terlibat dalam referendum.

Raja Maroko akhir tahun lalu bersikeras hanya rencana otonomi yang diterima. Rabat berinvestasi banyak di sana, berharap untuk menenangi keresahan sosial dan klaim kemerdekaan, dan pada Februari mengumumkan rencana investasi senilai 1,85 miliar dolar AS untuk kawasan itu.

Ban mengatakan tahun lalu utusan PBB Christopher Ross telah mengintensifkan upaya untuk memfasilitasi masuknya semua pihak ke dalam perundingan tanpa prasyarat dan dengan itikad baik.

“Kami berharap banyak dari kunjungan sekretaris jenderal. Kami berharap dia mengakhiri penderitaan Sahrawi dan menyelesaikan konflik ini,” kata seorang pengungsi di salah satu kamp, Ahmed lobate kepada Reuters.

“Semua dari kami menolak untuk melanjutkan lagi seperti ini.”

Artikel ini ditulis oleh:

Antara