Jakarta, Aktual.com — Program kelistrikan nasional 35 GW yang dicanangkan oleh Pemerintah berpotensi mengalami kendala akibat minimnya cadangan Batubara saat ini.

Minimnya cadangan Batubara tersebut diakibatkan oleh terjadinya penurunan margin profitabilitas secara drastis sejak tahun 2012 yang diikuti dengan pengurangan produksi.

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, Pandu P Sjahrir menyatakan, Batubara memegang peranan penting dalam program kelistrikan nasional, karena merupakan sumber energi primer penghasil listrik yang relatif murah dibanding komoditas lain.

Pemerintah menargetkan Batubara dapat memenuhi sekitar 66 persen dari sumber energi primer pembangkit listrik nasional di tahun 2024.

“Dimana jumlah tersebut ekuivalen dengan 361 GWh produksi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara,” papar Pandu di Menara Kuningan, Jakarta, Senin (7/3).

Namun, disatu sisi menurut Pandu, sektor batubara sejak tahun 2012 menghadapi tantangan yang serius karena stagnasi dalam permintaan batubara, dan terjadinya kelebihan pasokan batubara yang disebabkan pelemahan perekonomian.

“Efeknya margin profitabilitas menurun, tentu diikuti pengurangan produksi,” katanya.

Pandu mengungkapkan, pada November 2015 lalu, APBI-Indonesia Coal Mining Association (ICBA) bersama Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menyimpulkan adanya kekhawatiran mengenai ketersediaan pasokan batubara untuk menjamin program kelistrikan tersebut mengingat harga komoditas yang telah turun sejak tahun 2012.

“Dengan mengacu pada hasil survei kami, kemungkinan cadangan batubara nasional dengan mengacu harga komoditas saat ini tidak cukup untuk memasok 20 GW PLTU program kelistrikan nasional 35 GW selama masa 25-30 tahun,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka