Phongyang, Aktual.com — Pimpinan Korea Utara Kom Jong Un mengatakan negaranya telah melakukan modifikasi pada hulu ledak nuklir agar dapat dipasang pada peluru kendali balistik. Kim juga meminta seluruh aparat militer meningkatkan kekuatan dan ketepatan pada persenjataan, kata media setempat, Rabu (9/3).
Kim menyerukan militer untuk siap meningkatkan serangan pendahuluan melawan Amerika dan Korea Selatan dengan menggunakan senjata nuklir setelah mendapatkan sanksi PBB dan bilateral.
Pekan ini Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan militer besar-besaran yang disebut Kim sebagai “Gerakan Perang Nuklir”. Ia mengancam akan membalas dengan serangan total.
“Hulu ledak nuklir telah dibuat sesuai standar agar cocok untuk dipasang pada peluru kendali balistik dengan memperkecilnya,” kata KCNA mengutip pernyataan Kim Jong-un yang memeriksa hasil kerja pekerja nuklir.
Ia menambahkan “ini bisa disebut penangkal nuklir yang sesunguhnya.” “Dia menekankan pentingnya konstruksi yang lebih kuat, ketepatan dan senjata nuklir yang diperkecil dan pengiriman peralatan mereka,” kata KCNA.
Kim juga memeriksa hulu ledak nuklir yang dirancang untuk reaksi termo-nuklir, kata KCNA, mengacu pada bom hidrogen yang diakui negara itu telah diuji pada Januari.
Korea Utara melakukan percobaan nuklir keempat pada 6 Januari dan mengaku telah meledakkan bom hidrogen yang diperkecil, yang dibantah oleh banyak pakar dan pemerintah Korea Selatan serta Amerika Serikat. Ledakan yang terdeteksi dari uji bom itu terlalu kecil untuk mendukung klaim tersebut, kata para pakar pada saat itu.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberikan sanksi baru yang keras pada negara yang terisolasi itu pada pekan lalu karena uji coba nuklir. Korea Utara meluncurkan roket jarak jauh pada Februari yang memicu kecaman internasional dan sanksi dari pesaingnya, Korea Selatan.
Pada Selasa, Korea Selatan mengumumkan langkah-langkah lebih lanjut yang bertujuan untuk mengisolasi Utara dengan memasukkan ke dalam daftar hitam individu dan badan yang menurutnya terkait dengan program senjata Pyongyang.
Tiongkok juga meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara dengan mencegah salah satu dari 31 kapal dalam daftar hitam kementerian perhubungannya.
Tapi panel PBB yang dibentuk untuk memantau sanksi berdasarakan resolusi Dewan Keamanan sebelumnya yang diadopsi pada 2009 mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Selasa bahwa ada “pertanyaan serius tentang keampuhan sanksi dari pemerintah PBB saat ini.” Korea Utara telah “efektif dalam menghindari sanksi” dengan terus terlibat dalam perdagangan terlarang, “difasilitasi oleh rendahnya tingkat pelaksanaan resolusi Dewan Keamanan oleh Negara Anggota,” kata Panel Ahli.
“Alasannya beragam, tapi termasuk kurangnya kemauan politik, undang-undang yang tidak memadai, kurangnya pemahaman tentang resolusi dan prioritas rendah,” katanya, mengacu pada penegakan lengkap hukuman.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara