Jakarta, Aktual.com — Politisi Partai Golkar, Mahyudin, mengatakan, dirinya bertekad melakukan rekonsiliasi secara total apabila dalam Musyawarah Nasional (Munas) Golkar mendatang dipercaya memimpin jalannya roda organisasi. Rekonsiliasi dilakukan secara menyeluruh, dari tingkat daerah hingga pusat.
“Kalau saya terpilih jadi Ketum, apa yang harus kita lakukan? Pertama adalah kita melakukan rekonsiliasi secara total baik pusat maupun daerah,” terangnya dalam silatuhrami dan dialog Poros Muda Golkar (PMG) pro visi negara kesejahteraan 2045 di Jakarta, Rabu (9/3) malam.
Kata Mahyudin, dirinya tidak pernah bermasalah dengan sejumlah kader lainnya yang akan meramaikan bursa calon ketua umum (caketum). Baik Ade Komaruddin, Setya Novanto, Idrus Marham dan calon-calon lainnya. Kedekatan dengan semua calon itulah yang dijadikan modal untuk merangkul apabila diberi kepercayaan.
“Jadi kalau saya menang, saya juga tidak ada masalah dengan mereka. Kalau saya menang jadi ketum, saya akan merangkul mereka semua untuk bersama-sama membesarkan Partai Golkar,” jelasnya.
“Kalau saya kalah, salah satunya jadi menang, saya juga akan mendukung sepenuhnya siapapun yang jadi ketua umum saya. Jadi kita harus siap menang, siap kalah, dan harus fair,” lanjut Mahyudin.
Mantan Bupati Kutai Timur yang kini duduk sebagai Wakil Ketua MPR RI itu menambahkan, dirinya tidak ada pikiran keluar dari Golkar ataupun mendirikan partai baru apabila kalah dalam Munas. Sebab sebagai kader Golkar, sebagaimana kader lainnya, prinsip-prinsip dan ideologi Golkar sudah melekat dalam sanubarinya.
“Bagi saya, kebangkitan Partai Golkar itu sudah jadi harga mati yang ditanamkan dalam setiap kader Partai Golkar. Saya berpikir, ada jabatan atau tidak jabatan itu bukanlah sesuatu yang penting. Saya merasa sudah besar di partai ini. Saatnya mengabdikan dan membaktikan diri,” jelasnya.
Selain rekonsiliasi menyeluruh, Mahyudin juga bertekad mengembalikan kejayaan partai. Dalam waktu dekat, apabila terpilih menjadi ketum, ia akan membentuk Badan Pemenangan Pemilu secara permanen untuk menggaet calon kepala daerah yang memprioritaskan kepentingan kader.
“Jadi tidak didagang-dagangkan, saya tidak mau partai didagang-dagangkan. Saya dengar kalau orang lain, duit sekian-sekian, ini partai makin hari makin rusak. (Akhirnya) masyarakat melihat partai kita ini ga pernah berubah. Ini yang harus kita antisipasi,” demikian Mahyudin.
Artikel ini ditulis oleh: