Pekerja memilah beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Kamis (3/3). Kementerian Pertanian menetapkan sasaran produksi 2016 sebesar 76.226.000 ton, naik dari tahun 2015 sebesar 75.361.248 ton, perkiraan produksi tersebut didasarkan pada luas area tanam di tahun ini sebesar 14.314.742 hektar, naik dari tahun lalu 14.115.475 hektar. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pd/16

Jakarta, Aktual.com — Anggota Komisi IV DPR RI, Rofi Munawar mendesak Badan Urusan Logistik (Bulog) segera meningkatkan kinerja penyerapan gabah/beras dan tidak terjebak pada permasalahan yang berulang setiap tahunnya di berbagai daerah di Tanah Air.

“Beragam rapat kabinet, keluhan kepala daerah, hingga wacana restrukturisasi kewenangan Bulog sudah sering dibahas. Namun kinerjanya, masih saja jauh dari harapan,” kata Rofi Munawar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (14/3).

Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, ketidaksiapan Bulog dalam menyerap beras dari petani di berbagai daerah sesungguhnya bukan hal yang baru atau dapat disebut “lagu lama”.

Rofi berpendapat jika Bulog serius melakukan penyerapan maka tentu harga beras tidak akan fluktuatif dan tidak perlu melakukan impor.

Karena itu, ia mengemukakan bahwa serapan beras dari petani tidak akan pernah maksimal sepanjang mekanisme kinerja Bulog masih konservatif, birokratis dan berjenjang.

Sebagaimana diwartakan, Pemerintah bertekad mempercepat penyerapan gabah untuk menyelamatkan harga di tingkat petani yang beberapa waktu terakhir mengalami penurunan di berbagai daerah, kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman. “Kami mengambil keputusan untuk membentuk tim yang akan menyerap gabah,” kata Amran kepada wartawan di kantor Kementan, Jakarta, Kamis (10/3).

Mentan memaparkan, tim percepatan penyerapan gabah tersebut merupakan koordinasi beberapa lembaga antara lain Kementan, Bulog, dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Tim itu, ujar dia, diharapkan dapat mempercepat penyerapan selama bebrapa bulan ke depan sehingga ditargetkan yang diserap adalah jumlah gabah yang setara dengan 3-4 juta ton beras.

Sebelumnya, Bulog diminta untuk bisa menyerap beras hingga mencapai angka sekitar empat juta ton pada tahun 2016 ini, dimulai sejak masa panen raya yang diperkirakan Maret hingga Mei.

“Untuk tahun 2016, kita ditargetkan sesuai RKAP untuk bisa menyerap hingga sekitar empat juta ton beras mulai bulan Maret, April dan Mei 2016,” kata Direktur Pengadaan Bulog Wahyu, Rabu (2/3).

Pada waktu panen raya yang diperkirakan akan jatuh hingga tiga bulan tersebut, dinilai sebagai waktu di mana harga beras lebih murah dari biasanya atau setara dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Karenanya, lanjut Wahyu, pada tahun ini Bulog ditargetkan melakukan pengadaan beras hingga 4 juta ton yang diantaranya 3,2 juta ton untuk pelayanan publik (Public Service Obligation/PSO) dan 800.000 ton beras komersil.

“Selain itu kita juga diminta melakukan pengadaan gabah kering panen (GKP) minimal sebesar 1,25 juta ton,” tuturnya.

Terkait dengan waktu yang bersamaan dengan musim hujan saat ini, Bulog memiliki strategi agar bisa melakukan pengadaan gabah dengan volume besar melalui kerjasama dengan beberapa pihak antara lain dengan sejumlah BUMN yang memiliki mesin pengering berkapasitas 1.500 ton per hari.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan