Jakarta, Aktual.com — Minat investasi dari negara Australia terus bermunculan. Setelah berminat menanamkan modal di sektor pariwisata sebesar USD10 juta, kini giliran sektor pertanian yakni perkebunan dan peternakan terintegrasi yang dibidik oleh investor dari negeri Kanguru.

Berdasarkan keterangan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, Investor Australia menggelontorkan dana sebesar USD130 juta (setara dengan Rp1,6 triliun dengan kurs dolar AS Rp12.500) untuk investasi di Lampung dan Papua.

“Investor Australia akan bekerjasama dengan investor dari negara lain, untuk di Lampung mereka akan bekerjasama dengan investor Tiongkok, sedangkan di Merauke, Papua mereka telah menjalin komunikasi dengan investor asal Korea Selatan,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Senin (14/3).

Franky menjelaskan sejauh ini pihak perusahaan telah melakukan pendekatan ke Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, dan Pemda Lampung tengah mengupayakan pihaknya memastikan ketersediaan lahan seluas 500-600 Hektar di Lampung Tengah.

“Perwakilan perusahaan telah mengunjungi rencana lokasi proyek pada tanggal 25-27 Februari 2016 lalu, mereka melihat langsung potensi lokasi usaha, dan mendapatkan respon yang positif,” jelasnya.

Selain itu, perusahaan asal Australia ini akan bermitra dengan perusahaan Korea Selatan yang sebelumnya sudah berinvestasi dalam penanaman padi seluas 300 Hektar.

“Diperkirakan total nilai investasi di Merauke akan mencapai lebih dari USD100 Juta. Saat ini perusahaan mendapatkan informasi preliminary dari Pemerintah Daerah Merauke mengenai ketersediaan lahan 4.000 dan 5.000 ha untuk pertanian dan perkebunan atau peternakan,” pungkasnya.

Sementara Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM Sri Moertiningroem menambahkan bahwa investasi sektor peternakan dan perkebunan terintegrasi ini diharapkan berdampak positif pada ketersediaan pangan di Indonesia.

Menurut Sri, proyek ini akan menjadi proyek yang kepemilikan sahamnya merupakan gabungan negara dari Australia dengan China dan Korea Selatan.

“Terdapat beberapa opsi bentuk kerjasama yang akan dilakukan yaitu dengan pemanfaatan aset pemerintah daerah melalui kerjasama operasi (KSO) atau joint venture dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),” tandasnya.

Untuk diketahui, dari data BKPM tahun 2015, realisasi investasi Australia berada di peringkat 12 sebesar USD167 juta terdiri atas 443 proyek. Sementara dalam posisi sejak periode 2010-2015, tercatat investasi yang masuk ke Indonesia dari Australia sebesar USD2,07 miliar.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan