Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta ditutup menguat 18 poin menjadi Rp13.056 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.074 per dolar AS.
Analis pasar modal mengatakan bahwa dolar AS diperdagangkan cenderung terkoreksi terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
“Pernyataan hasil pertemuan FOMC akan menjadi penantian utama pasar keuangan global untuk mendapatkan petunjuk baru terkait arah kebijakan moneter AS. Sebagian pelaku pasar yakin bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuan dalam rentang 0,25 – 0,5 persen,” ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (14/3).
Ia menambahkan bahwa laporan mengenai tenaga kerja Amerika Serikat pada pekan kedua bulan Maret yang belum sesuai harapan. Rata-rata upah pekerja turun 0,1 persen pada bulan Februari, namun pekerjaan baru di bulan Februari lebih tinggi menjadi penambahan 172.000 pekerja.
“Data yang bertentangan itu dinilai pelaku pasar bahwa ekonomi AS belum membaik,” katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa laju nilai tukar rupiah dalam jangka menengah ini akan bergerak di bawah level Rp13.000 per dolar AS seiring dengan prospek ekonomi Indonesia yang positif.
“Nilai tukar rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamental ekonomi domestik, arah perbaikan ekonomi yang positif membuat laju rupiah cenderung menguat,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kebijakan negara-negara maju yang mengadopsi suku bunga negatif juga menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang di negara yang masih mengadopsi suku bunga positif.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (14/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.020 dibandingkan hari sebelumnya (11/3) Rp13.087.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka