Jakarta, Aktual.com — Ustad Hasanudin menjelaskan, salat yang khusyuk merupakan salat yang dilakukan dengan penghayatan. Yakni, dengan menghadirkan hati yang tunduk, merendah dan menyerah sepenuhnya kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.
“Dan, ini tidak mungkin dicapai kecuali dengan memahami arti dari bacaan yang dibaca dalam salat dan juga dengan pelaksanaan salat yang sesuai dengan tuntunan sunah Rasulullah SAW. Untuk itu seorang Muslim atau Muslimah harus benar-benar serius mempelajari tata cara salat Rasalullah SAW. Melalui Hadis-hadis yang sahih atau kitab-kitab yang memang membahas soal tersebut dengan cermat,” terang Ustad Hasanudin kepada Aktual.com, Senin (14/3), di Jakarta.
Akan tetapi, ada yang perlu diketahui, meskipun seorang Muslim sudah mengerti arti berbagai bacaan yang dibaca dalam salat dan juga sudah berupaya melaksanakannya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Namun, tetap sulit untuk mencapai ke-khusyukan yang sempurna, karena Setan atau Iblis terus menerus mengganggunya ketika ia salat.
Sebagaimana, disebutkan oleh Rasulullah SAW.
َحَتَّى إِذَا قُضِيَ التَّثْوِيْبُ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَ نَفْسِهِ يَقُوْلُ لَهُ:أذْكُرْ كَذَا وَ اذْكُرْ كَذاَ لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ مِنْ قَبْلُ ، حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ مَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Artinya, “…Sehingga ketika selesai iqamat, setan pun datang lagi, kemudian ia membisik-bisikkan kepada seseorang yang sedang salat, ke dalam hatinya. Setan berkata kepada orang itu, “Ingatlah ini, ingatlah itu”. Dibisikkannya apa saja yang tidak diingat orang itu sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu lagi sudah berapa rakaat salatnya.”(HR. Muslim)
“Kita semua tentu sering mengalami hal seperti ini, yaitu kita lupa sudah berapa rakaatkah salat yang kita kerjakan. Ini membuktikan adanya gangguan Setan sebagaimana disebutkan oleh Hadis di atas.”
Jadi bagaimana meraih khusyuk dalam salat?.
Ustad Hasan-panggilan akrab Hasanudin- mengatakan, bahwa khusyuk dalam salat hanya bisa diraih oleh orang-orang yang memiliki hati yang khusyuk di luar salat. Yaitu, hati yang yakin akan berjumpa dengan Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT,
الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُلاَقُوْا رَبِّهِمْ وَ أَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
Artinya, “(Yaitu) orang-orang yang yakin sesungguhnya mereka akan berjumpa dengan Rabb mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepada-Nya.”(Al Baqarah : 45).
Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan, dalam “tafsirnya” tentang mereka yang disebut dalam ayat ini adalah “Mereka mengerti, bahwa mereka akan dikumpulkan pada hari Kiamat, dan semua persoalan mereka akan dikembalikan kepada kehendak Allah SWT, dan dia akan memberi keputusan sesuai dengan keadilan-Nya. Jadi, apabila manusia telah meyakini akan hari kiamat sebagai hari pembalasan, akan mudahlah bagi mereka melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan meninggalkan semua perbuatan munkar (kemunkaran).”
“Mereka yang seperti inilah yang dapat meraih kekhusyuan dalam salatnya. Jadi, orang yang hatinya masih setengah-setengah keyakinannya pada akhirat, apalagi masih sangat cenderung terhadap kehidupan dunia, sulitlah baginya untuk meraih kekhusyukan dalam salat,” katanya lagi menutup pembicaraan. Bersambung….
Artikel ini ditulis oleh: