Jakarta, Aktual.com — Direktur eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia, Yusri Usman mengatakan kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi terseret arus kepentingan blok gas Masela.

Berdasarkan informasi terpercaya dari internal SKK Migas yang dia dapatkan, Yusri menceritakan bahwa Pada 16 maret 2016 malam ada suasana yang tidak biasa terjadi di lingkungan SKK Migas.

“Waktu itu sejumlah petinggi di SKK Migas mendadak bertanya ada suasana darurat atau emergency apa, sehingga Kepala SKK Migas mendadak jam 21.00 Wib tanpa melalui Humas SKK migas seperti lazimnya tiba tiba mengundang para wartawan untuk memberikan pesan penting ke publik,” cerita Yusri dalam rilisnya yang diterima Aktual.com Jum’at (18/3).

Sehingga peran Humas SKK migas waktu itu diambil alih oleh ajudannya untuk menghubungi para wartawan agar pesan sangat penting yang akan disampaikan oleh Kepala SKK migas harus segera dipublikasikan sebagai pengetahuan umum.

Ternyata pesan penting tersebut yang disampaikan langsung oleh Kepala SKK Migas pada tgl 11 Maret 2016, setelah mendapat surat resmi dari Inpex Corporation perihal rencana pengurangan karyawan sebanyak 40 persen dari pegawainya di Blok Masela dari sekitar total karyawan 375 orang.

Begitu juga dengan Shell sebagai patner Inpex akan melakukan hal yang sama dari sekitar 50 personilnya yang ada di Jakarta, Kuala Lumpur dan Belanda yang bekerja untuk blok Masela.

“Dalam jumpa pers itu, Amin mengatakan dua operator blok Masela tersebut masih berharap persetujuaan POD Blok Masela dapat segera diberikan. Akan tetapi kata Amin proyek tersebut akan tetap molor walaupun pemerintah mengambil keputusan sesuai dengan proposal Inpex dengan skema pembangunan kilang di laut atau FLNG,” tukas Yusri.

Padahal, lanjutnya, apa terjadi pada sejumlah proyek FLNG di seluruh dunia juga mengalami penundaan akibat rendahnya harga jual LNG saat ini.

Dia melanjutkan, proyek LNG akan menguntungkan apabila harga minyak berada di kisaran USD80 – 90 per bbls, dan faktanya saat ini harga minyak masih berada dibawah USD 40/bbls, sehingga kalau ada pihak pihak yang mendesak utuk segera membangun FLNG saat ini, perlu dipertanyakan maksud dan tujuannya itu untuk kepentingan siapa.

“Kalau lebih dalam melihat realitas yang ada dengan sebegitu mendesaknya ‘Papa Amien’ mengeluarkan pernyataan pers pada malam tersebut menjadi pertanyaan besar publik bahwa siapa yang telah mendesak beliau di saat suasana pasar yang tidak tepat untuk melakukan investasi yang ujungnya dibayarkan oleh rakyat melalui mekanisme “cost recovery”, apakah belum kapok pengalaman SKK Migas pada tahun anggaran 2015 telah menombok sekitar Rp14 triliun dibayarkan kepada sejumlah KKKS,” herannya.

Yusri menilai, persoalan yang dikemukakan secara khusus oleh Papa Amin perihal ancaman PHK, nilai Investasi sebesar USD25 miliar di depan mata akan hilang berpotensi “lay off”, terlihat hampir sama modusnya pada kasus “papa minta saham” bahwa ada nilai investasi USD 18 miliar, PHK masal dan akan collaps APBN apabila kepada PT Freeport Indonesia tidak berikan kepastian perpanjangan operasi produksi pasca tahun 2021 dan izin eksport konsentrat yang melanggar UU Minerba.

“Sehingga publik semakin penasaran dan ingin tahu siapa yang mengintervensi pejabat pejabat disektor energi selama ini? Apakah investor asing alias cukong cukong kah, atau pihak konsultan Inpex kah? atau pihak pihak Istana kah? Elit elit politik kah atau pihak mana? Saya yakin rakyat sudah tahu dan sedang terus mengamatinya siapa siapa yang selalu katanya kerja..kerja..kerja tetapi hanya untuk kepentingan asing,” pungkas Yusri.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka