Banda Aceh, Aktual.co — Semenjak dua pekan terakhir, ribuan muslim Rohingya mendarat di Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Kota Langsa, dan Kota Lhokseumawe.
Mereka meninggalkan negaranya sejak dua bulan lalu, melawan ganasnya ombak di laut dengan rasa lapar, dingin dan ketakutan. Adalah neyalan Aceh yang membawa mereka terdampar di negeri syariat Islam ini.
Mereka yang kerap disebut ‘manusia perahu’ itu bukan kali pertama tiba di Aceh. Dua tahun lalu, ratusan orang juga terdampar di kawasan perairan Muara Batu, Aceh Utara.
“Sebagai sesama muslim, sesama manusia, wajib hukumnya kita menolong. Apalagi mereka kelaparan dan mereka juga saudara kita seiman,” kata Muhammad Isa, warga Seunuddon, Aceh Utara yang menemukan sekitar 700 warga Rohingnya, kepada Aktual.co, Senin (25/5).
Kini, setelah dua pekan di Aceh, mereka mulai hidup nyaman. Bisa melaksanakan ibadah shalat wajib, lima kali dalam sehari. Mereka juga mengaji.
“Melaksanakan ibadah tanpa rasa takut itu sebuah anugerah terindah untuk kami,” kata Mohammed, warga Rohingnya di Kuala Cangkoi, Aceh Utara.
Kehadiran mereka di Aceh sontak menggerakkan semangat bersama. Sejumlah mahasiswa menggalang dana, bantuan pakaian, makanan dan minuman. Mereka juga mengumpulkan dana dari pengguna jalan.
Seperti halnya dilakukan mahasiswa dari Universitas Malikussaleh, Politeknik Negeri Lhokseumawe, STAIN Malikussaleh, Universitas Samudera, IAIN Langsa dan sejumlah kampus lainnya melakukan hal yang sama.
Tak ketinggalan juga kaum ibu, organisasi Darma Wanita dari Universitas Malikussaleh yang menyambangi pengungsi itu. Mereka memberikan bantuan makanan, minuman, kue dan sejumlah bantuan lain.
Rektor Unimal, Prof Apridar menyebutkan bahwa dari jurusan psikologi dan kedokteran juga memberikan bantuan kesehatan dan pemulihan trauma.
“Kita ingin anak-anak, kaum ibu dan remaja warga Rohingnya itu bisa menghilangkan trauma yang membekas di ingatannya. Untuk itu, tim dokter dan psikologis turut membantu,” ujarnya.
Salah seorang relawan, Rahmat, menyebutkan anak-anak di penampungan Rohingya juga diajak untuk bermain, seperti layang-layang. Tujuannya, agar anak-anak terhibur, merasa bahagia dan tak trauma atau ketakutan.
Tim psikologis Tandaseru juga iukut andil dengan memberikan pendampingan psikologi. Direktur Tandaseru, Lailan F Saidina menyebutkan mereka memberikan bantuan konseling untuk warga Rohingnya. Bahkan, di Lhokseumawe diluncurkan Komite Nasional Solidaritas Rohingnya (KNSR).
Dicky Syahputra dari KNSR menyebutkan komite itu berusaha menghimpun seluruh tangan di semua negeri untuk membantu Rohingnya.
Relawan dari RAPI, PMI, IPSM, dan seluruh relawan lainnya di Aceh hingga kini bergantian membantu pengungsi Rohingnya. Saatnya mengulurkan tangan, membantu mereka, dan terpenting menyelesaikan persoalan Rohingnya agar diakui sebagai warga negara di Myanmar dan Bangladesh. Tentunya, agar mereka tak lagi terapung di laut, melawan dingin dan deru ombak nan ganas saban waktu.
Artikel ini ditulis oleh:

















