Jakarta, Aktual.com — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Senin (21/3) besok akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu agendanya untuk memilih Direktur Utama baru bank terbesar di Indonesia ini.
Untuk itu, Menteri BUMN Rini Soemarno diminta jangan sembarangan mengangkat direksi dan komisaris di Mandiri tersebut. Karena selama ini banyak direksi dan komisaris BUMN diangkat sembarangan dan kental aroma politiknya.
“Tentu saja Menteri BUMN, jangan sembarang atau asal main angkat jajaran direkturnya, terutama Dirut. Karena selama ini terkesan tidak transparan,” tandas Direktur Centre for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi kepada Aktual.com, Minggu (20/3).
Untuk itu, dalam sesi pergantian Dirut Mandiri ini, pemerintah diminta transparan dan akuntabel. “Sebab memang seharusnya pengangkatan direktur dan komisaris harus terbuka dong ke publik biar transparansi dan akuntanbilitasnya tetap terjaga,” papar dia.
Apalagi jajaran direksi sebelumnya, yang dikomandoi oleh Budi Gunadi Sadikian (BGS) sebagai Dirut bukan berarti tanpa kesalahan.
Menurut Uchok, kredit bermasalah di Mandiri berdasarkan sektor ekonomi pada tahun 2014 sangat tinggi mencapai Rp9,8 triliun, dan pada 2015 lebih tinggi lagi sebesar Rp13,8 triliun. “Jadi ada kenaikan kredit bermasalah dari tahun 2014 ke 2015 sebesar Rp4 triliun. Itu jelas tidak bisa dianggap remeh,” tegasnya.
Tak hanya itu, sangat aneh juga pihak Mandiri, berdasar penulusuran CBA, telah melakukan penghapusan buku kredit macet. Di tahun 2014 dan 2015, bank Mandiri melaksanakan penghapusan buku kredit macet masing-masing Rp2,9 triliun dan Rp5,9 triliun.
“Artinya, tugas direksi baru ke depan, adalah menekan rasio kredit macet yang setiap tahun selalu tinggi dan meningkat. Termasuk kredit macet yang dihapus juga kian tinggi. Ini ada apa?” tanyanya heran.
Satu sisi, dengan kondisi demikian, berarti pihak Mandiri tidak berlaku prudent dan hati-hati dalam mengucurkan kredit.
“Buktinya, kinerja debitur buruk atau tidak ada kemampuan untuk membayar. Sehingga kredit macet terus membaik,” tandasnya.
Uchok kembali menegaskan, dengan kinerja saat ini telah memberikan potret kepada publik bahwa manajemen Bank Mandiri sangat buruk.
“Direksi Mandiri hanya merugikan uang nasabah, dan modal negara saja,”
Kondisi tersebut terjadi, karena selama ini pengangkatan direksi bank Mandiri tidak profesional, bahkan cenderung politis.
“In terjadi lantaran ada dugaan campur tangan pihak Kementerian BUMN untuk mengangkat orang-orang mereka karena dianggap berjasa atau balas budi,” pungkas Uchok.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan