Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 70 poin menjadi Rp13.180 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.110 per dolar AS.
Analis menilai bahwa mata uang dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah komentar salah satu pejabat bank sentral AS (The Fed) menyatakan laju inflasi Amerika Serikat akan berkselarasi dalam beberapa tahun ke depan dan mendekati target.
“The Fed sempat menahan diri menaikkan suku bunga AS akibat penurunan pada inflasi, namun pernyataan pejabat The Fed menunjukkan harapan laju inflasi AS masih tinggi,” ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (21/3).
Di sisi lain, lanjut dia, koreksi pada harga minyak mentah dunia menambah sentimen negatif bagi mata uang komoditas, termasuk rupiah kembali berada di bawah tekanan dolar AS.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin sore ini, berada di level 38,75 dolar AS per barel, turun 1,75 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 40,83 dolar AS per barel, melemah 0,90 persen.
NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa aksi ambil untung masih terjadi di perdagangan valuta asing domestik memanfaatkan eforia penguatan rupiah pada pekan lalu setelah The Fed menahan suku bunga acuannya.
“Jadi pelemahannya bersifat wajar sehingga peluang berbalik arah menguat cukup terbuka mengingat peluang itu didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang mulai pulih,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (21/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.160 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.048 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka