????????????????????????????????????

Jakarta, Aktual.com — Hari Air Sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 Maret lalu, senantiasa mengingatkan pentingnya air bagi kehidupan. Momen yang sama juga mengingatkan terjadinya krisis air, termasuk di Indonesia.

Indonesia adalah negara ketujuh yang memiliki cadangan terbesar air tawar terbarukan di dunia dengan volume yang mencapai 2,019 km kubik per tahun.

“Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami defisit air. Baik karena cadangan air yang berkurang. akibat perubahan tata guna lahan maupun juga karena perubahan demografis akibat urbanisasi,” ungkap Manager Program Semesta Hijau Dompet Dhuafa, Syamsul Ardiansyah, kepada wartawan, di Jakarta menyoal Hari Air Sedunia.

Syamsul menuturkan, untuk penyediaan, kesenjangan antara persediaan dengan permintaan tidak bisa dipenuhi oleh PDAM karena berbagai sebab. Salah satunya yaitu, inefisiensi dalam pengelolaan PDAM.

“Mahkamah Konstitusi sudah membatalkan UU Pengelolaan Sumber Daya Air yang sebenarnya penting. Menjadi alarm bagi negara untuk menghentikan privatisasi sumberdaya air,” jelasnya.

Secara esensi, ungkap Syamsul, air yakni benda publik yang mestinya diatur oleh publik. Tanggung jawab utama dalam pengelolaan air memang berada di tangan pemerintah. Namun, masyarakat juga dapat mengambil inisiatif ambil bagian dalam pengelolaan air dengan skema investasi sosial.

Secara nasional, hingga tahun 2015 lalu, baru 22 persen masyarakat yang terlayani sambungan air bersih melalui pipa dan 20 persen masyarakat masih buang air besar sembarangan. Tantangan pemenuhan hak atas air bersih dan sanitasi layak masih cukup besar.

Salah satu strategi yang mungkin bisa dikembangkan adalah mendorong peran aktif lembaga-lembaga pengelola dana dan aset umat seperti lembaga zakat untuk turut mengisi bolong-bolong pembiayaan dalam hal pemenuhan akses air bersih dan sanitasi.

“Dengan potensi dana zakat yang mencapai Rp123 triliun hingga Rp 217 triliun, dengan mengoptimalkan penghimpunan dan menekankan efektivitas dalam pendayagunaan serta memperkuat dimensi pemberdayaan, kekuatan ekonomi zakat dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan yang akan memberi jalan bagi perbaikan akses terhadap air bersih dan sanitasi,” papar ia.

Soal isu air, bentuk investasi sosial yang dilakukan Dompet Dhuafa adalah melalui program Air untuk Kehidupan. Program ini bertujuan untuk memberikan kemudahan akses air bersih untuk dhuafa di daerah krisis air.

Program yang dimulai pada tahun 2008 ini berada di lima belas titik yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi dan Nusa Tenggara Timut (NTT). Ada empat macam model dalam program ini, seperti, pipanisasi, pengeboran, penampungan air hujan, dan penyaringan serta desalinasi. Ada lebih dari 39.000 yang menjadi penerima manfaat dari program tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: