Sejumlah anggota TNI bersiap untuk melakukan penyisiran kolompok sipil bersenjata Santoso di Watutau, Lore Peore, Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (23/3). Penyisiran tersebut merupakan operasi Tinombala yang kini diarahkan ke daerah Sedoa, Lore Utara, Poso setelah ditemukan dua anggota kelompok sipil bersenjata tewas ketika kontak senjata. ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar/ama/16

Jakarta, Aktual.com — Seorang anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur MAQ alias S alias Brother telah ditangkap tim Satuan Tugas Operasi Tinombala, di Desa Wuasa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Senin 21 Maret 2016.

Penangkapan terhadap anak buah teroris pimpinan Abu Wardah alias Santoso itu berlangsung sekitar pukul 08.30 WITA, di pemukiman warga tak jauh dari gunung yang menjadi tempat persembunyian kelompok radikal tersebut.

Menurut Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala Kombes Polisi Leo Bona Lubis, sejauh ini S mengaku bahwa ajaran yang telah diberikan selama ini sudah menyimpang dan tak sesuai dengan yang dia yakini. Akibatnya beberapa diantara mereka memisahkan diri dari kelompok besar yang dipimpin langsung Santoso.

“Mereka ini sudah tidak kuat lagi namanya manusia punya keterbatasan, mungkin dia sudah tak kuat dan ajaran-ajaran dari Santoso sudah tidak lagi sesuai dengan apa yang mereka perjuangkan, karena itu dia memisahkan diri,” ujar Leo saat dihubungi di Jakarta, Jumat (25/3).

Setelah memisahkan diri, lanjut dia yang bersangkutan akhirnya memilih turun gunung karena sudah tak kuat lagi menahan rasa lapar akibat posisinya yang sudah terkepung aparat. Tim gabungan TNI-Polri saat ini hampir menguasai hutan belantara yang menjadi sarang Santoso Cs.

“Kemarin (Senin) itu, pada saat dia mungkin dia sudah enggak kuat, kelaparan nah dia memisahkan diri dari kelompoknya untuk cari makan, nah berdasarkan informasi dari masyarakat, kita langsung bertindak kesana, nah kita tangkap dia disitu.”

Dia menegaskan, bahwa S alias MAQ alias Brother yang mampu bertahan lama di hutan belantara bersama kelompoknya itu ditangkap bukan karena menyerahkan diri. Pasalnya, kata Leo setiap anggota didoktrin lebih baik bunuh diri ketimbang menyerahkan diri.

“Jadi posisinya kita tangkap bukan menyerahkan diri, enggak ada mereka menyerahkan diri karena fatwanya Santoso itu bunuh diri.”

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu