Semarang, Aktual.com — Gabungan petugas yang dibantu warga sekitar saling bergotong-royong membuka jalur darurat bagi pelajar, sebagai jalan alternatif yang terkena imbas bencana longsor di dukuh RT 03/ RW 1 ke SDN 2 Clapar, Madukara, kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Koordinator Tim Reaksi Cepat BPBD Jateng, Andre Sulistyo menerangkan relawan saat ini masih mengupayakan pembuatan jalur darurat agar dapat dilalui warga. Akses jalan itu diharapkan mampu dilewati anak sekolah, sehingga mereka pada Senin bisa kembali bersekolah.
“Jalan darurat dikerjakan selama dua hari ini. Semoga pada hari Senin para siswa bisa mengikuti aktifitas kegiatan sekolah,” terang dia saat dihubungi Aktual.com, di Semarang, Sabtu (26/3).
Ia menuturkan akses jalan warga dukuh setempat paska longsor kemarin tak dapat kemana-kemana. Sebab, satu-satunya jalan terputus.
“Karena akibat longsoran kemarin sejumlah pelajar SMP, SD dan TK hari ini harus diliburkan dulu,” tegas dia.
Paska longsor, ratusan warga yang tersebar di pemukiman dukuh Klapar harus diungsikan ke aula SD, gedung TK Harapan Kita. Langkah itu menyusul longsoran kembali, sebab kondisi tanah terus bergerak saat hujan lebat.
“Kami ungsikan mereka ke SD dan TK dulu untuk mengantisipasi bencana susulan yang berpotensi terjadi kembali di Banjarnegara,” ungkap Andre.
Andre memastikan para pengungsi kini telah mendapat persediaan logistik dan bahan makanan yang mencukupi hingga dua minggu ke depan. “Bahan pokok dan kebutuhan lainnya cukup buat dua minggu,” kata Andre lagi.
Sementara itu, Kepala BPBD Jateng Sarwa Pramana menjelaskan petugasnya telah mendirikan dua dapur umum bagi pengungsi bencana longsor di Banjarnegara. “Dua dapur sudah dipakai pengungsi untuk mencukupi kebutuhan makannya tiap hari,” urainya.
Meski begitu, Sarwa menambahkan petugasnya masih kesulitan menyingkirkan material longsoran yang membenamkan sebagian rumah-rumah warga. Musababnya, hujan masih mengguyur lokasi bencana serta kontur tanah yang terus bergerak membuat relawan dan petugasnya was-was saat melakukan pembersihan material longsor.
“Makanya besok kita panggil badan geologi ke lokasi bencana untuk mengkaji ulang apakah material longsor itu perlu diangkat atau dibenamkan sekalian. Karena dengan kondisi tanah yang terus bergerak justru membahayakan keselamatan relawan yang bertugas di lokasi kejadian,” papar lelaki berambut putih yang jadi musuh bebuyutannya Mustolih ini.
Pria yang kangen dengan Mustolih ini berharap bencana longsor di Banjarnegara kembali mereda sehingga warga dapat beraktivitas dengan normal.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan