PM Israel Benjamin Netanyahu (Ant.)

Jakarta, Aktual.com – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengundang lima orang jurnalis senior ke Jerusalem, Israel, Senin (28/3) waktu setempat. Dalam pertemuan itu, Netanyahu menyampaikan keinginannya untuk memperbaiki hubungan antara Israel dan Indonesia serta membangun hubungan diplomatik. Khususnya di bidang teknologi tinggi dan teknologi air.

Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan Israel memang sudah sangat lama menginginkan hubungan diplomatik tersebut. Namun, Indonesia selalu menekankan selama mereka masih menjadi negara penjajah dan apartheid, sudah seharusnya Tanah Air tetap tidak akan menjalin hubungan apapun dengan Israel.

Menurutnya, penjajahan dan apartheid itu berlawanan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang telah diletakkan oleh “The Founding Father” negara dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan tetap dipertahankan dalam amandemen UUD.

Sukamta pun menilai undangan para jurnalis senior tersebut merupakan upaya Israel untuk menjalin hubungan itu. Namun, ia berharap agar para agen perubahan tersebut tetap berkomitmen pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

“Mereka kan selalu mencari celah. Salah satunya melalui para jurnalis. Namun saya percaya para jurnalis senior yang diundang itu akan tetap komitmen pada UUD negara kita,” ujar Sukamta kepada aktual.com di Jakarta, Selasa (29/3).

Sementara, Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan ditolaknya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi oleh Israel beberapa waktu lalu merupakan perjuangan Indonesia membela kemerdekaan Palestina. Serta bentuk komitmen UUD yang juga diserukan Presiden Joko Widodo dalam sambutan KTT OKI untuk memboikot produk Israel

“Menlu yang ditolak masuk Ramallah, itu bagian dari dinamika perjuangan kita membela kemerdekaan bangsa yang sedang dijajah. Pasti terus ada jalan yang lebih baik,” kata Sukamta.

Sukamta kembali menegaskan tak ada alasan menerima tawaran hubungan diplomatik Israel bagi Indonesia.

“Sampai sekarang, belum ada urgensi menerima dan alasan menolak masih tetap relevan,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: