Jakarta, Aktual.com — Selama dua tahun terakhir Ari Siswanto, pedagang lontong di Surabaya beralih dari menggunakan LPG tabung ukuran 3 kg ke gas bumi. Keputusan tersebut berbuah manis, karena Ari bisa hemat Rp 1 juta/bulan.
“Saya sudah dua tahun pakai gas bumi yang disalurkan lewat pipa. Awalnya selama bertahun-tahun saya masak lontong menggunakan LPG 3 kg,” kata Ari ditemui di rumahnya, di Kampung Lontong, Banyu Urip Lor, Kelurahan Kupang Krajan, Kecamatan Sawahan, Surabaya (30/3).
Dirinya merasa beruntung bisa beralih memproduksi lontong menggunakan bahan bakar gas bumi. Karena, sebelumnya walau memasak lontong pakai LPG ukuran 3 kg yang harganya memang murah karena disubsidi pemerintah, ternyata dengan gas bumi dirinya bisa lebih hemat lagi.
“Dulu pakai LPG 3 kg sehari bisa habis 3-4 tabung, itu sekitar Rp 70.000-an per hari. Artinya kalau sebulan untuk biaya bahan bakar masak lontong saja saya habis Rp2 juta lebih per bulan,” ungkap Ari.
Namun, sejak beralih menggunakan gas bumi yang dipasok oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), dirinya dalam sebulan hanya membayar tagihan Rp1 juta.
“Saya bisa berhemat lebih dari Rp1 juta per bulan pakai gas bumi PGN. Bayangkan saja kalau sebelumnya saya harus produksi lontong pakai LPG yang tidak disubsidi, pasti penghematan saya jauh lebih banyak lagi,” ujarnya.
Apalagi kata Ari, selama menggunakan gas bumi dari PGN, dirinya tidak pernah mengalami kendala, kondisi ini juga dirasakan pedagang lontong lainnya di kampung lontong.
“Dua tahun pakai gas bumi PGN tidak pernah ada kendala, teman-teman yang lain juga merasakan yang sama. Gas bumi aman, hemat, dan bersih, kami tidak pernah ada keluhan sama sekali,” ungkapnya lagi.
Selain itu, memasak dengan gas bumi, lontong yang dihasilkan kualitasnya jauh lebih baik, karena api yang dihasilkan merata.
“Kalau pakai LPG, ketika gas ditabung habis dan harus ganti, kompor mati, panas yang dihasilkan jadi turun dan membuat lontong lembek, tapi dengan gas bumi suplai gas tidak berhenti, lontong yang dihasilkan bagus,” tambahnya.
Dia berharap, ke depannya seluruh pedagang lontong di Kampung Lontong mendapatkan pasokan gas bumi dari PGN.
“Harapan saya untuk PGN ke depannya, masih ada beberapa teman dari komunitas saya ini belum pakai gas bumi. Jadi memang ada informasi bahwa akan ada gelombang ke-2 yang akan diteruskan ke Kampung Lontong ini. Harapan saya seperti itu, teman-teman yang belum bisa masak pakai gas PGN bisa dipasang jaringan gas bumi juga seperti kita,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Area PGN Surabaya, Dian Kuncoro menambahkan, sebenarnya di Surabaya, PGN tidak hanya mensuplai gas bumi bagi para pedagang Kampung Lontong saja, tetapi ada juga Kampung Kue, ada usaha laundry, dan banyak lagi.
“Kami tentunya senang sekali, bila gas bumi yang dipasok ke pelanggan kami khususnya di Kampung Lontong hingga Kampung Kue memberikan dampak besar bagi pelanggan, salah satunya bisa berhemat dan usahanya tambah berkembang,” ungkap Dian.
Dian menegaskan, PGN berkomitmen terus menambah jaringan gas bumi khususnya di Jawa Timur. Sampai saat ini lebih dari 20.200 pelanggan di Jawa Timur telah menikmati gas bumi dari PGN.
Seperti di Surabaya terdapat 14.955 rumah tangga pakai gas bumi dari PGN, kemudian ada 142 usaha kecil menengah (UKM), dan 192 pelanggan komersil (rumah sakit, restoran, hotel, mal), serta 163 industri pakai gas bumi dari PGN. Adapun di Sidoarjo terdapat 4.486 pelanggan dan Pasuruan 269 pelanggan.
“PGN juga terus mengembangkan infrastruktur pipa gas bumi khususnya di wilayah Jawa Timur. Saat ini pipa gas PGN di Surabaya sepanjang 493 km. di Sidoarjo 313 km, Pasuruan sepanjang 189 km,” tutup Dian.
Adapun secara nasional PGN memiliki dan mengoperasikan pipa gas bumi sepanjang lebih dari 6.980 km, ini setara dengan 76% pipa gas bumi hilir nasional. PGN menyalurkan gas bumi ke lebih dari 107.000 rumah tangga, lebih dari 1.850 pelanggan komersial (rumah sakit, mal, pusat belanja, hotel, dan lain-lain), industri dan pembangkit listrik lebih dari 1.520 pelanggan.
Penyaluran gas bumi PGN ini tersebar di berbagai daerah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara hingga Sorong Papua.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka