Jakarta, Aktual.com — Pasar komoditas nikel dan emas yang diproduksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, ke China memang besar. Untuk itu, pihaknya akan terus mengekspor hasil tambang mentah (raw material) ke Negeri Tirai Bambu itu.
Namun demikian, karena kebijakan ekspor raw material di Indonesia tidak dibolehkan lagi, Antam tengah mencari dan akan membuka tambang baru di negeri tetangga seperti Myanmar dan Filipina untuk kemudian diekspor ke China.
“Kami tengah memikirkan untuk menambang di luar negeri, untuk emas atau nikel. Lalu diekspor ke China,” tegas Direktur Utama Antam, Tedy Badrujaman seusai RUPST perseroan di Jakarta, Kamis (31/3).
Menurut Tedy, negara yang menjadi sasaran penambangan emas adalah Myanmar, sedang untuk nikel itu dicari di Filipina.
Meski begitu, Tedy menolak kalau kebijakan ini sebagai strategi untuk menghindari larangan mengekspor raw material oleh pemerintah Indonesia.
Tapi menurutnya, langkah ekspor ke China ini tidak lepas dari langkah perseroan untuk memperoleh pendapatan dalam waktu cepat. “Ini sebgai langkah cepat menceari revenue (pendapatan). Yang cepat ya menjual raw maetrial,” tegas Tedy.
Sementara untuk pelarangan ekspor raw material di Indonesia, dan diharuskan perusahaan tambang seperti Antam memabngun pabrik smelter, pihaknya pun mengaku sudah mengikutinya.
“Sekarang ini kan kami juga sudah mempunyai smelter,” sebut dia.
Selama ini, kondisi harga komoditas yang anjlok di tahun lalu telah menggerus pendapatan perseroan. Karena dengan kondisi perlambatan ekonomi yang dibarengi penurunan harga komoditas telah memaksa perseroan mencari berbagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan.
“Makanya, kami memilih strategi untuk mendapatkan revenue yang paling cepat,” tutur Tedy.
Bagi Antam, lanjut dia, kedua negara ini bisa menjadi basis kegiatan ekspor raw material ke pasar yang besar, seperti China. “Ini menjadi strategi kami di 2016,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan