Kupang, Aktual.com — Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Jamal Ahmad mengatakan, para pemimpin negara-negara Islam moderat harus bersatu dan memiliki kesamaan visi untuk melawan radikalisme.

“Tanpa ada kesamaan visi, usaha melawan radikalisme akan sia-sia, karena kelompok ini sudah memiliki jaringan yang sangat luas dan sudah merasuki sendi-sendi kehidupan umat, dan bahkan sudah masuk dalam jajaran pemerintahan,” kata Jamal Ahmad kepada pewarta di Kupang, Jumat (01/04).

Dia mengemukakan, hal itu ketika dimintai pandangan seputar rencana pertemuan Internasional Summit of The Moderate Islamic Leader pada 9-11 Mei 2016 di JCC.

Pertemuan yang akan dihadiri 40 kepala negara itu, untuk membicarakan deradikalisasi.

“Tidak ada cara lain untuk melawan radikalisme, kecuali semua pemimpin negara Islam moderat bersatu dan melakukan langkah-langkah nyata untuk deradikalisasi,” kata Jamal Ahmad.

Menurut ia, radikalisme harus dilawan secara terorganisir, terintegrasi dan juga harus dilakukan oleh secara terbuka oleh pemerintah.

Alasannya, karena banyak tokoh-tokoh penting yang memiliki latar belakang pendidikan di luar negeri sudah masuk dalam jajaran pemerintahan untuk menyebarkan paham radikalisme.

Berbagai tokoh ini mulai melahirkan nilai-nilai baru tentang ajaran keagamaan melalui kuriklum pendidikan.

Kondisi ini, kata dia, jika dibiarkan maka akan melahirkan generasi muda yang memiliki visi dan misi yang bisa merusak sendi-sendi kehidupan umat beragama di Indonesia dan dunia.

“Ada fakta menarik, di mana ada kurikulum pendidikan yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, tentang ajaran agama yang berbeda dengan apa yang diajarkan selama ini. Ini bukti bahwa ada orang-orang mereka sudah masuk dalam jaringan pemerintahan,” kata ia menambahkan.

Karena itu, harus diwasdapai dan negara-negara Islam moderat harus bersatu, bergandengan tangan dalam melakukan perlawanan terhadap gerakan radikalisme, kata Jalam Ahmad.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara