Jakarta, Aktual.com — Pengamat Infrastruktur asal UI, Suyono Dikun mengecam sikap PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang mengucurkan kredit ke Medco Group berasal dari dana utangan China Development Bank (CDB).
Pasalnya, dana itu digunakan oleh Medco untuk mengakuisisi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Apalagi jika memang kesepakatan awalnya dana itu untuk pengembangan infrastruktur, maka seharusnya tetap konsisten untuk debitur-debitur yang mau mengembangkan infrastruktur.
“Jelas tidak bisa dana itu digunakan (oleh Medco) untuk beli saham Newmont. Ini sangat menyesatkan sekaligus mencurigakan,” tandas guru besar UI ini di Jakarta, Rabu (6/4).
Menurut Suyono, kebutuhan untuk membangun proyek infrastruktur itu sangat besar, dan tidak mungkin dicukupi oleh pemerintah dan BUMN. Sehingga ketika tiga bank BUMN itu mendapat utangan dari CDB masing-masing US$ 1 miliar itu, mestinya memang digunakan untuk bangun infrastruktur.
“Tapi ini malah dijadikan Medco untuk beli saham Newmont. Mana keberpihakan untuk infrastrukturnya? Ini aneh. Perlu juga diusut,” kecam dia.
Dikun menambahkan, selama ini pembangunan infrastruktur masih kekurangan dana dan lebih sentralistik di pulau Jawa. Jika benar Mandiri berpihak ke pengembangan infrastruktur, maka kejadian seperti ini tidak pernah ada.
“Padahal kita tahu semua, pemerintah sedang menggalang dana untuk proyek infrastruktur. Dan mengajak dunia usaha untuk ikut mengembangkan infrastruktur. Tapi ini (Medco) malah enak-enakan untuk beli saham Newmont,” kritik dia.
Data yang dimiliki Aktual.com, pinjaman dari CDB senilai US$1 miliar semestinya buat modal pembangunan infrastruktur, ternyata oleh pihak Bank Mandiri disalurkan kepada Grup Medco yang mendapat pinjaman senilai US$395 juta atau senilai Rp5,1 triliun.
Terdiri dari PT Medco E&P Tomori senilai US$50 juta, PT Medco Energy International Tbk sebesar US$245 juta dan PT Medco Energi Internasional USD100 juta.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan