Para calon investor dan anggota JCI saat hadir usai pembukaan perdagangan dan sosialisasi pasar modal di Main Hall & Auditorium BEI, Gedung BEI, Jakarta Rabu (16/9). Para investor di pasar keuangan Indonesia tengah menunggu kepastian bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) untuk menentukan tingkat suku bunganya.Di tengah penantian suku bunga The Fed ini, pasar saham maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus berfluktuasi. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya kedatangan 3 tamu atau emiten baru di sepanjang 2016 ini. Jumlah ini dirasa sangat minim jika melihat target BEI yang ingin menggiring perusahaan private untuk go public mencapai hingga 35 emiten baru.

Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta Direktur Utama BEI, Tito Sulistio harus sering melakukan jemput bola kepada calon emiten. Sehingga target 35 emiten baru itu dapat tercapai.

“Saya minta, Tito harus juga rajin turun untuk bisa mencari nasabah (emiten) baru,” pinta Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK, Muliaman Hadad di Jakarta, Jumat (8/4).

Apalagi, kata dia, dirinya bersama jajaran OJK lainnya terus insentif melakukan roadshow agar dapat emiten baru yang mau melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana. Salah satunya menawarkan ke Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

“Kami sudah mendatangi Kadin. Katanya mereka ada ribuan perusahaan kelas menengah. Ini yang kami dorong untuk IPO,” tegas dia.

Hingga Maret 2016, memang baru ada tiga emiten baru, yakni PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA), PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI), dan PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) yang mencatatkan saham perdananya di BEI.

Lebih lanjut Muliaman menegaskan, minimnya jumlah perusahaan IPO disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman publik terhadap manfaat investasi di pasar modal.

“Makanya, perlu ada sosialisasi yang lebih masif. Kadang-kadang ada perusahaan yang kurang paham,” tandas dia.

Padahal, ia menambahkan, sejauh ini OJK terus mengupayakan pendalaman pasar modal dengan mendorong peningkatan jumlah investor dan meragamkan instrumen investasi.

“Karena satu tanda negara akan maju, salah satunha ditandai dengan semakin dalamnya pasar keuangan, bisa melalui pasar modal,” ucap Muliaman.

Menurut dia, pasar keuangan yang dalam tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, namun bisa meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan pemanfaatan likuiditas.

“Kami juga mengharapkan untuk bank-bank BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) II untuk mau IPO,” tandas dia.

Bahkan tak hanya IPO, kata dia, dalam rangka pendalaman sektor keuangan ini, pihaknya terus mendorong instrumen keuangan, seperti Reksadana Penempatan Terbatas (RDPT) atau pun transaksi repurchasing agreement (REPO).

“Intinya, semua alternatif instrumen keuangan yang sedang berkembang untuk bisa memperdalam pasar keuangan,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan