Jakarta, Aktual.com — Ustadzah Nurhasanah menuturkan, bahwa sebagai seorang istri, hendaknya berusaha memasak berdasarkan apa yang menjadi kesukaan (favorit) suami bersama keluarganya. Semua ini harus dilakukan dengan harapan bisa membuat suami dan keluarganya bahagia. Demi wujud ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT. Cobalah tanyakan kepada suami dan anak-anak kita, makanan apa saja yang mereka sukai. Mungkin saja dengan cara ini kita bisa menyenangkan mereka.
Dan, sebenarnya ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari memasak yaitu,
1. Saat masakan kita telah matang, maka hadirkanlah dalam benak kita betapa Allah SWT telah menganugerahkan kepada kita nikmat untuk bisa menyelesaikan pekerjaan kita.
2. Saat memasak, cobalah untuk mengingat bahwa di luar sana masih banyak dapur-dapur yang tidak mengepul. Alangkah indahnya jika kita biasakan untuk selalu mengingat nasib fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan yang ada di lingkungan tempat tinggal kita.
Jika memungkinkan, kita bisa menyisakan sedikit dari jatah makan kita untuk mereka sebagai bentuk kepedulian kita terhadap mereka.
3. Ketika mencium aroma sedap masakan kita, saat itu ingatlah tetangga kita. Sebab bisa jadi tetangga kita juga turut mencium aroma masakan tersebut. Akan lebih baik lagi jika kita menghadiahkan sebagian masakan tersebut kepada mereka, khususnya untuk masakan-masakan spesial yang kita masak.
Dengan hal ini akan mengakibatkan tumbuhnya rasa cinta, saling menghargai dan memperbaiki hubungan dengan tetangga.
4. Dampak yang bisa kita peroleh dari ini yaitu, tetangga kita akan menghormati dakwah ini. Inilah di antara sarana yang paling sukses dan paling sederhana untuk memperkuat tali hubungan sosial dan menyuburkan sensitivitas perasaan hati kita.
Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.”(HR. Bukhari)
5. Bagi yang sudah memiliki anak, mulailah untuk membiasakan mereka untuk ikut serta membantu kita memasak. Misalnya bisa dengan mempersiapkan bahan-bahan memasak, sehingga mereka benar-benar terampil.
Di samping untuk mengenalkan apa-apa yang ada di dapur, hal ini juga untuk membuat mereka turut merasakan beban berat yang kita pikul. Sehingga mereka akan memberi penghormatan dan akan mudah memahami diri kita.
6. Ketika mengunjungi kerabat dan teman-teman dekat, kita bisa memilih masakan karya kita sendiri sebagai oleh-oleh untuk mereka.
“Akan tetapi amat disayangkan jika ada sebagian istri yang menganggap memasak menjadi masalah rumit, hal tersebut karena ada beberapa faktor yang membuat seorang istri enggan untuk memasak. Salah satunya adalah rasa malas untuk belajar, di samping faktor kesibukan di luar rumah serta banyaknya warung makan yang menawarkan jasa catering untuk mereka yang tidak sempat memasak. Jika kondisi seperti ini berlangsung terus-menerus, bukankah ini suatu pemborosan? Bagaimana jika suami atau anak-anak ingin mencoba hasil masakan kita? Apa kita masih akan terus memilih makanan dari luar? Tentu kita tidak ingin seperti itu,” papar Ustadzah Nurhasanah, kepada Aktual.com, Senin (11/04), di Jakarta.
“Untuk itu sedikit saran dari saya, bagi istri yang belum pintar memasak, jauhkan rasa malas dan teruslah berlatih. Setelah terbiasa, suatu kali akan terbukti bahwa memasak itu bukan hal yang sulit, terlebih jika diniatkan untuk ibadah. Terlebih pada bulan yang penuh rahmat, barokah dan ampunan seperti bulan Ramadhan, betapa pahala yang tak terbayangkan apabila seorang istri menyiapkan santapan berbuka dan sahur untuk keluarga dengan penuh kesabaran dan mengharap keridhoan dari Allah SWT,” urai ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: