Direktur Konsumer dan Ritel BNI Anggoro Eko Cahyo (kanan) berbincang dengan Direktur Operasional dan Teknologi Informasi BNI Bob T. Ananta (kiri) dan Country Business Head Twitter Indonesia Roy Arnold Simangunsong (tengah) saat peluncuran twitter hashtag #AskBNI di Jakarta, Rabu (2/12). Melalui #AskBNI, para nasabah bisa mendapatkan informasi tentang produk dan layanan BNI termasuk berbagai promo travel, hotel dan kuliner.Langkah ini merupakan realisasi dari pemahaman BNI terhadap ekspektasi dan tuntutan para nasabah mudanya yang tergolong pada Generasi Y (Gen Y).Saat ini, nasabah Gen Y BNI jumlahnya sekitar 8,6 juta nasabah. Aktual.Com/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com — PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk memprediksi marjin bunga bersih perseroan akan turun sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong bunga kredit perbankan ke level satu digit di 2016.

Direktur Utama BNI, Ahmad Baiquni di Jakarta pada Selasa (12/4) mengatakan, meskipun penurunan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) akan memicu berkurangnya pendapatan bunga, perseroan sudah memasang siasat agar laba tidak semakin tergerus dan bisa kembali bertengger di dua digit pada akhir 2016.

Emiten berkode BBNI itu terus mendorong pendapatan perusahaan, denga menekan biaya operasional (overhead cost) dan biaya dana (cost of fund) sejalan dengan instruksi pemerintah agar perbankan lebih efisien.

Dengan lebih efisien, perbankan akan memiliki ruang tambahan untuk memperbesar volume kredit sehingga bisa tetap memperoleh pendapatan bunga yang signifikan. Adapun perseroan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 12-14 persen tahun ini.

“Sepertinya memang sulit kita pertahankan NIM 6,1 persen. Sektor kredit juga saat ini ada yang sudah turun ke satu digit,” kata dia.

Untuk menekan biaya operasional, BNI akan mendorong efisiensi pengeluaran salah satu caranya dengan membeli kantor cabang yang sebelumnya disewa.

Sedangkan untuk biaya dana, perseroan juga mengadaptasi ketentuan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan yang menetapkan batas atas bunga deposito sebesar 75 basis poin di atas suku bunga acuan BI (BI rate).

Adapun NIM perseroan per triwulan I 2016 sebesar 6,1 persen sebenarnya sudah turun jika dibandingkan periode sama di 2015 yang sebesar 6,5 persen.

Baiquni mengklaim langkah efisiensi dari segi “pricing” (penetapan tarif) itu, salah satunya, telah mendorong penurunan kredit ritel ke level 9 persen pada triwulan I 2016 dari 12 persen.

“Bunga KUR juga sudah ditetapkan pemerintah sekitar 9 persen. Memang NIM bisa turun, tapi kita siapkan cara lain,” ujarnya.

Untuk komponen bunga kredit lainnya, Baiquni juga mengatakan pihaknya siap memitigasi risiko kredit bermasalah. Rasio pencandangan (coverage ratio) BNI naik menjadi 142,4 persen dari periode sama di 2015 sebesar 130,5 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan