Jakarta, Aktual.com — Liverpool kembali menambah kisah kebangkitan dari ketinggalan untuk kemudian menjadi pemenang pada buku sejarah mereka, ketika mereka bangkit dari ketinggalan 1-3 untuk mencapai semifinal Liga Europa setelah Dejan Lovren membukukan gol penentu untuk mengamankan kemenangan 4-3, pada Kamis (14/04) waktu setempat.
Lovren melompat tinggi di tiang jauh untuk menanduk bola pada menit pertama masa tambahan waktu, membawa kembali kenangan-kenangan saat Liverpool menang atas AC Milan pada final Liga Champions 2005 dan membawa mereka ke empat besar dengan kemenangan agregat 5-4.
Liverpool, yang tertinggal 0-2 saat pertandingan baru berlangsung sembilan menit, pada undian Jumat akan ditemani oleh juara bertahan Sevilla, yang memerlukan adu penalti untuk menyingkirkan wakil Spanyol lainnya Athletic Bilbao.
Spanyol akan memiliki dua tim di empat besar setelah Villarreal menang 4-2 atas Sparta Praha dan menang agregat 6-3, sedangkan Shakhtar Donetsk menang 4-0 atas Braga untuk menggenapi kemenangan agregat 6-1.
Kemenangan Liverpool di Anfield disambut dengan selebrasi penuh semangat oleh manajer Juergen Klopp, yang menghabiskan tujuh tahun di Dortmund dan tidak asing dengan serangan-serangan balik yang membuat tim tamu mampu memimpin 2-0.
Liverpool mungkin merasa mereka memiliki sedikit keunggulan atas Dortmund setelah mengantungi satu gol tandang berkat hasil imbang 1-1 di leg pertama, namun situasi berubah dalam sekejap mata setelah awal pertandingan yang bagaikan ‘angin puyuh’ oleh tim Jerman itu.
Liverpool kalah dalam penguasaan bola, Dortmund tanpa ampun memaksimalkan peluang yang mereka miliki ketika mereka menghukum kesalahan-kesalahan Liverpool dengan dua gol cepat yang diawali dari tuan rumah memberikan bola kepada mereka.
Dortmund bermain dengan intensitas yang sama seperti yang mereka lakukan ketika Klopp memimpin mereka meraih dua gelar Liga Jerman dan masuk ke final Liga Champions, mengungguli Liverpool di semua bidang lapangan dan memenangi kembali bola di area-area berbahaya.
Gol pertama tercipta pada menit kelima ketika serangan cepat berakhir dengan Simon Mignolet menggagalkan peluang Pierre-Emerick Aubameyang, namun bola pantul dapat disambar oleh Henrikh Mkhitaryan.
Tidak lama kemudian skor berubah menjadi 2-0 ketika Marco Reus menggebrak melewati lini tengah Liverpool dan memberi umpan kepada Aubameyang untuk menyelesaikan peluang, menaklukkan Mignolet di tiang dekatnya.
Setelah tidak pernah kalah di kandang selama 13 pertemuan dengan tim-tim dari Jerman, Liverpool tiba-tiba menghadapi tugas berat untuk mampu bangkit, namun mereka mendapat harapan ketika babak kedua berlangsung tiga menit ketika Divock Origi melaju dan menaklukkan kiper Dortmund Roman Weidenfeller.
Bagaimanapun, semangat mereka segera kembali mendapat pukulan, ketika Reus mengubah skor menjado 3-1 pada menit ke-57, sebelum Philipe Coutinho memperkecil ketinggalan timnya melalui sepakan melengkung.
Malam yang indah Stadion Anfield kemudian bergemuruh ketika Mamadou Sakho menyamakan kedudukan saat pertandingan tinggal menyisakan 12 menit, dan pukulan terakhir diberikan ketika Lovren melompat untuk menanduk umpan silang James Milner dan berbuah gol penentu kemenangan.
Hal itu memicu kegembiraan luar biasa di antara para penggemar tuan rumah dan membuat tim tamu memegangi kepala mereka sendiri karena tidak percaya.
“Ini sulit untuk dijelaskan. Malam, malam yang indah di Anfield dan sejujurnya, pertandingan ini aneh,” kata Klopp yang nyaris tidak percaya.
Liverpool tidak asing dengan kebangkitan-kebangkitan penting, di mana mungkin momen terhebat dalam sejarah mereka terjadi saat mereka mampu bangkit dari ketinggalan 0-3 saat melawan AC Milan, untuk kemudian memenangi Liga Champions untuk kelima kalinya melalui adu penalti.
Seperti apa yang terjadi 11 tahun silam, lawan-lawan mereka dibuat tidak percaya bagamana mereka dapat kehilangan kendali terhadap pertandingan.
“Ini tidak logis. Ini sangat emosional. Pada kedudukan 3-3 semua orang meyakini itulah yang terjadi inilah nasib,” kata pelatih Dortmund Thoms Tuchel.
“Jika Anda memiliki keyakinan kuat maka beberapa hal dapat terjadi.” Sevilla, yang menguasai kompetisi ini dalam dua tahun terakhir, kalah 1-2 dari Bilbao, namun mampu melaju berkat kemenangan di adu penalti.
Mereka tertinggal terlebih dahulu ketika Aritz Aduriz mencetak gol ke-100nya pada kompetisi musim ini dan setelah menyamakan kedudukan melalui Kevin Gameiro, mereka kembali tertinggal ketika Raul Garcia mengemas gol dengan tandukan kepala sepuluh menit sebelum pertandingan usai.
Hal itu membuat skor agregat terkunci pada 3-3 dan memaksa pertandingan harus diteruskan dengan perpanjangan waktu. Setelah kedua tim masih imbang setelah 120 menit, Sevilla berhak melaju setelah pemain Bilbao Benat Etxebarria gagal pada esekusi penalti keempat dan Gameiro memasukkan bola untuk mengamankan kemenangan adu penalti 5-4.
Shakhtar Donetsk melaju ke semifinal Eropa keduanya di mana Darijo Srna membuka gol dari eksekusi penalti untuk menandai pertandingan ke-486 nya bagi klub.
Dua gol bunuh diri dari bek tengah Braga Ricardo Ferreira serta satu gol dari Viktor Kovalenko memastikan kemenangan meyakinkan klub Ukraina itu.
Pelatih Villareal Cedric Bakambu mengemas dua gol untuk membuat dirinya telah mengemas sembilan gol di kompetisi ini, ketika mereka mencapai semifinal untuk ketiga kalinya berkat kemenangan 4-2 di markas Sparta Praha.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara